LOKOMOTIF DIESEL INDONESIA

Sewaktu masih kecil dulu (1962) sering mudik ke Solo dari Jakarta pake kereta api..
Nah..jaman itu masih ada lokomotif kereta uap..yang rata-rata berwarna hitam legam..
Paling seneng nongkrong di setasiun yang gede...yang lewat kereta macem-macem..
Paling seneng liat rangkaian saat belok diatas jembatan yang tanpa pagar..
Paling serem kalo kereta pas masuk terowongan..
Paling bingung liat mesin dan roda-roda loko nya
Paling seneng liat struktur macem-macem jembatannya
Paling heran liat loko berdua rangkaian panjang babaranjang
Paling sebel kalo naek kereta bejubel ..ga dapat duduk...ga bisa ke toilet

skarang 2018 jenis-jenis lokomotif kereta udah ga tau lagi
karena udah ga pernah lagi naek kereta ke Solo dari Jakarta
paling naek kreta komuter lain...mondar mandir sudimara-tanah abang
yang pasti jenis loko uap pun udah pada  tinggal di museum
jenis loko diesel dan listrik lah yang sliweran saat ini
Nah buat ngerekam nice memory itu
jadilah blog ini, smoga bermanfaat bagi semua

Lokomotif

 https://id.wikipedia.org/wiki/Kereta_Api_Indonesia

Saat ini, terdapat lima kelas utama lokomotif yang menjadi armada utama PT KAI. Untuk sistem penomoran lokomotif diatur oleh Kementerian Perhubungan mulai tahun 2011 menggunakan kombinasi huruf,angka yang menunjukan tahun didinaskan dan nomor urut. Kombinasi huruf yang digunakan untuk menunjukkan susunan roda (saat ini ada C, D, BB, dan jenis CC), dan nomor tiga digit digunakan untuk menunjukkan kelas (2 untuk kelas dengan transmisi listrik dan 3 untuk kelas dengan transmisi hidraulik atau mekanik), yang dimulai dari 00. Dua angka di tengah menunjukan lokomotif ini didinaskan pada tahun berapa dan dua atau tiga angka di belakangnya menunjukkan jumlah individu, mulai dari 01.
Misalnya
  • D301 68 70: Lokomotif diesel hidraulik generasi kedua dengan susunan roda D (empat gandar) didinaskan pada tahun 1968 dengan nomor urut 70
  • CC203 01 05: Lokomotif diesel elektrik dengan susunan roda Co-Co generasi keempat didinaskan pada tahun 2001 dengan nomor urut 05

Kelas lokomotif diesel PT Kereta Api Indonesia

 Mengejutkan, Inilah Lokomotif Diesel Pertama di Nusantara!

Loko Diesel Hidraulik


Lokomotif Di Indonesia

 lokomotif berkabin miring CC201, CC203 & CC204 serupa tapi tak sama
  •  C301 (Nederlandse Constructiebedrijven Machinefabrik)
  •  tidak ada data

  • D300 (Krupp M350D)
  • Lokomotif D 300 adalah lokomotif diesel hidraulik buatan pabrik Fried Krupp, Jerman. Lokomotif ini mulai dinas sejak 1958.Lokomotif ini berdaya mesin sebesar 340 hp. Lokomotif ini biasa digunakan untuk langsir kereta penumpang ataupun kereta barang. Lokomotif ini dapat berjalan dengan kecepatan maksimum yaitu 50 km/jam. Lokomotif ini bergandar D', artinya lokomotif ini memiliki empat gandar penggerak.Lokomotif ini terdapat di dipo lokomotif Cepu dan Cilacap

    Sejak awal dinasnya, lokomotif ini memang digunakan untuk langsiran kereta api, menggantikan lokomotif uap kecil seperti C11, C12, C13, C14, dan C15. Kegiatan pelangsiran dipandu oleh juru langsir, dan dilakukan di wilayah stasiun atau di luar wilayah stasiun dengan mempertimbangkan tidak mengganggu perjalanan kereta api. Batas kecepatan izin untuk langsiran dengan D300 adalah 30 km/jam dan ketika melewati peron atau akan dirangkai kecepatannya harus dikurangi hingga 5 km/jam saja. Kegiatan langsiran pada malam hari (sekitar pukul 18.00 hingga 06.00) lampu lokomotif D300 dinyalakan sebagai tanda lokomotif langsir.
    Untuk data teknis, lokomotif ini dapat melaju hingga 50 km/jam, dengan daya mesin 340 hp, berat 34 ton, dan menggunakan transmisi hidraulik Krupp-2W1L1-15. Lokomotif ini serupa dengan D301, namun memiliki perbedaan pada beratnya, yakni D301 memiliki berat yang lebih ringan, 28 ton. Untuk memperpanjang masa pakai lokomotif ini, lokomotif D300 kemudian di-repowering pada tahun 1992. Karena keterbatasan suku cadang, maka lokomotif ini sudah tidak lagi dioperasikan, dan tersisa 3 unit. Ketiga unit itu adalah D 300 23 di Dipo Lokomotif Ambarawa; sisanya, D 300 14 dan 29 dialokasikan di dipo lokomotif Cilacap
     Lokomotif D300
     
     
 LOKOMOTIF D 300 23 TARIK GERBONG 
CR WISATA DI STASIUN TUNTANG | Datang Langsir & Pulang ke Ambarawa

 Joyride KA Feeder Kutoarjo ~ Purworejo
 
  •  BB 204
 Lokomotif BB 204 PERJALANAN TERAKHIR 
 2 UNIT LOKOMOTIF BB 204 DIDORONG MENUJU KUBURAN
  • BB300 (Kruup M700BB)
  •  Lokomotif BB 300 adalah lokomotifdiesel hidraulik pertama di Indonesia buatan pabrik Fried Krupp, Jerman Barat. Lokomotif ini mulai dinas sejak 1958.
    Lokomotif ini berdaya mesin sebesar 500 KW. Lokomotif ini biasa digunakan untuk langsir kereta penumpang ataupun kereta barang. Lokomotif ini dapat berjalan dengan kecepatan maksimum yaitu 75 km/jam. Lokomotif ini bergandar B' B', artinya lokomotif ini memiliki dua bogie di mana setiap bogienya memiliki dua poros penggerak yang saling dihubungkan. 

    Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKA) membeli lagi lokomotif Krupp-M700BB dari pabrik Fried Krupp di Jerman Barat pada tahun 1958 sebanyak 17 unit dan 1959 sebanyak 13 unit dan diberi nomor BB300. Lokomotif ini digunakan untuk menggantikan lokomotif uap yang memiliki batas kecepatan maksimum 75 km/jam seperti B13, B51, BB10, dan C27 serta dapat beroperasi di jalan rel ringan (R25 atau R33). Lokomotif ini pernah beroperasi di Sumatera Utara dan Sumatera Barat namun hanya beroperasi sementara sebelum akhirnya dipindahkan kembali ke Jawa dan kini sudah tiada lagi lokomotif tersebut di Sumatera. Rute yang pernah dilaluinya seperti Merak-Tanahabang, Banjar-Kroya, Cilacap-Kroya, Banjar-Cijulang, Cibatu-Cikajang, Semarang Poncol-Demak-Blora-Cepu, Purwosari-Wonogiri, Kutoarjo-Purworejo, Surabaya Kota-Malang-Blitar, Jember-Panarukan-Banyuwangi, dan Yogyakarta-Magelang.
    Bentuk fisik dan performansi lokomotif yang cukup klasik ini masih dipergunakan untuk lokomotif berkategori sedang di Eropa. Pada tahun 1984, bersama dengan lokomotif Krupp lainnya, dilakukan rehabilitasi terhadap lokomotif ini untuk memperpanjang masa pakai. Lokomotif ini, seperti kelas lokomotif diesel hidraulik lainnya, dikenal sebagai lokomotif yang tahan banjir. Lokomotif ini menggunakan mesin diesel hidraulik yang menghubungkan transmisi gardan (mesin berada di atas roda) ke roda gigi (gear box), dan inilah yang membedakan lokomotif diesel hidraulik dengan diesel elektrik yang menggunakan tenaga motor (motor traksi di dekat roda). Lokomotif diesel elektrik akan korsleting apabila dijalankan di atas jalur yang banjir.
    Karena keterbatasan suku cadang, lokomotif BB300 dijalankan sebagai pelangsir di dipo Manggarai, Bandung, Kutoarjo, Solo Balapan, dan Cepu.[1] Penghentian operasi lokomotif BB 3xx untuk langsir sejak tahun 2015, membuat 2 lokomotif tersisa di Jawa yaitu BB 300 01 dan 17 berhenti beroperasi. Kedua lokomotif tersebut dapat ditemui di Stasiun Cikampek, disusun bersama lokomotif diesel hidraulik lainnya dari Tanah Abang. Selain itu, di Dipo lokomotif Sidotopo juga dapat ditemui beberapa BB300, yang sudah ditumpuk bersama lokomotif diesel hidraulik lain yang sudah mangkrak. 

    Dipo Induk Lokomotif
    Tanah Abang (THB), Jakarta BB 300 01 (BB 300 58 01)
    Cepu (CU), Blora BB 300 24 (BB 300 59 01)
    Kutoarjo (KTA), Purworejo BB 300 06 (BB 300 58 03) dan BB 300 16 (BB 300 58 06)
    Solo Balapan (SLO), Surakarta BB 300 13 (BB 300 58 05) dan BB 300 29 (BB 300 59 02)
    Sidotopo (SDT), Surabaya BB 300 04 (BB 300 58 02) dan BB 300 07 (BB 300 58 04) 
  •  
  •   
  • BB301 (Krupp M1500BB)
  •  Lokomotif BB301 adalah lokomotif diesel hidraulik milik PT Kereta Api Indonesia (Persero) buatan pabrik Fried Krupp dan Krauss-Maffei, Jerman Barat. Lokomotif ini pertama kali dipesan oleh KAI saat masih bernama Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA).
    Lokomotif ini berdaya mesin sebesar 1.350 hp dengan berat lokomotif sebesar 52 ton. Lokomotif ini biasa digunakan untuk langsir kereta penumpang atau pun kereta barang. Lokomotif ini dapat berjalan dengan kecepatan maksimum 120 km/jam. Lokomotif ini bergandar B'B', artinya lokomotif ini memiliki dua bogie yang masing-masing memiliki dua poros penggerak yang saling dihubungkan.
    Lokomotif ini dapat dianggap sebagai "kakak" dari lokomotif BB 304. Hal ini disebabkan modelnya yang sama (Krupp-M1500BB) dengan desain kabin masinis yang sangat persis. Hanya saja, sejumlah BB301 tidak memiliki kaca pada pintu masuk kabin masinis serta seluruh BB301 memiliki jaring radiator berbentuk dua persegi panjang yang tegak.

    Lokomotif ini mulai dinas sejak 1964 sebanyak 10 unit, 1965 sebanyak 35 unit, dan 5 unit sisa pada tahun 1970, sehingga totalnya menjadi 50 unit. Lokomotif ini memiliki dua kabin masinis dan sanggup melaju hingga 120 km/jam. Lokomotif ini mencapai era keemasannya selama masa-masa indah PNKA-PJKA selama dekade 1964 hingga 1995 karena berpengalaman menarik kereta-kereta api ekspres unggulan. KA Ekspres yang dimaksud antara lain, Parahijangan, Bintang Sendja, Djaja, Bandung Ekspres, Bima, Purbaya, dan Tumapel.
    BB 301 telah menjadi penarik utama bagi kereta-kereta api di jalur rel KA utama Pulau Jawa baik lintas Utara (Jakarta-Cirebon-Semarang-Surabaya) maupun lintas Selatan (Jakarta-Bandung-Yogyakarta-Surabaya) sehingga menjadi icon Perkeretaapian Indonesia selama 1970-1980-an. Lokomotif ini juga dijumpai di Sumatera Utara untuk mengangkut gerbong ketel berisi BBM atau minyak kelapa sawit pada wilayah Medan-Rantauprapat.
    Khusus untuk lokomotif buatan 1964-1965 menggunakan motor Maybach Mercedes-Benz sedangkan untuk tahun 1970 (Krauss-Maffei) menggunakan motor MTU-MD 12V 538 TB10.
    Lokomotif ini sempat menjalani repowering (rehab) tahun 1984-1988 untuk memperpanjang masa pakai. Dan saat ini BB301 hanya dipakai sebagai loko pelangsir dan penarik kereta jarak dekat seperti Pandanwangi dan Probowangi. Tugas BB301 kini juga dibantu dengan CC 201.

    Lokomotif BB 301 memiliki keunikan pada nomor armadanya. Antara lain, setelah BB 301 45 langsung ke BB 301 51 dan tidak ada BB 301 46-50. Dikisahkan, pada saat PNKA membeli BB 301 46-50 dari pabrik Krupp, Jerman, perusahaan itu menginformasikan kepada PNKA bahwa lima lokomotif yang rencananya diberi nomor BB 301 46-50 siap dikapalkan.
    Pada saat kelima lokomotif BB 301 ini tiba di Indonesia, tiba-tiba Krupp menginformasikan bahwa calon BB 301 46-50 ini tertukar dengan yang dipesan oleh Indian Railways (IR), perusahaan KA nasional milik Pemerintah India. Karena spesifikasinya berbeda, Krupp bersikeras menukarnya, namun PNKA merasa tidak begitu peduli. Pada akhirnya, pertukaran kedua lokomotif tersebut tetap dilaksanakan. Lokomotif yang seharusnya milik IR ternyata memiliki tulisan petunjuk panel serta buku petunjuk pedoman pemilik berbahasa Indonesia; sedangkan yang seharusnya milik PNKA justru berbahasa Hindi. Pada saat itu pula, calon BB 301 spesifikasi IR dibawa ke India untuk dioperasikan langsung oleh Indian Railways (dan tentunya tidak lagi diberi nomor BB 301) begitu pula sebaliknya.
    Lokomotif yang masih memiliki panel berbahasa Hindi ini memiliki spesifikasi sesuai pesanan PNKA. Lokomotif tersebut kemudian diboyong ke Balai Yasa Yogyakarta untuk diganti dengan yang berbahasa Indonesia, dan karena BB 301 46-50 masuk daftar historis inventaris lokomotif Indonesia saat itu, maka nomor lokomotif ini dinomori BB 301 51-55 (nomor 46-50 diloncati).

    Depot induk Lokomotif
    Tanah Abang (THB) Tidak ada alokasi
    Bandung (BD) BB 301 17 (BB 301 65 05) TSO dan BB 301 24 (BB 301 65 06) TSGO
    Madiun (MN) BB 301 25 (BB 301 65 07) SO dan BB 301 26 (BB 301 65 08) TSGO
    Sidotopo (SDT) BB 301 08 (BB 301 64 01) TSGO , BB 301 09 TSO (BB 301 64 02), BB 301 11 (BB 301 65 01) TSGO, BB 301 13 (BB 301 65 02) TSGO, BB 301 18 (BB 301 65 03) TSGO, dan BB 301 23 (BB 301 65 04) TSGO
    Medan (MDN) Tidak ada alokasi
    Jember (JR) BB301 28 (BB 301 65 09) TSGO, BB 301 35 (BB 301 65 10) TSO
  •  Lokomotif BB301
 kompilasi BB301 & BB304 ( Full HD 1080 )

 Perjalanan terakhir? Kirim Lokomotif Langka ke Balai Yasa Yogyakarta

 Sang Legenda dari Madiun

MOMEN LANGKA & JARANG TERJADI..!!!
Pengiriman Lokomotif Diesel Hidraulik BB30125 ke Semarang Poncol

 BB301 41 locomotive in 1982

 Aksi loko BB301 di tahun 2005
  • BB302 (Henschel DHG 600 BB)
  • Lokomotif BB 302 adalah lokomotif diesel hidraulik buatan pabrik Henschel, Jerman. Lokomotif ini dioperasikan sejak 1970, dengan daya 900 hp. Pada tahun 1998-2000 (bersamaan dengan BB 303) dilakukan rehabilitasi terhadap seluruh unit lokomotif ini hingga memiliki daya sekitar 1.200 hp serta memperpanjang masa pakai.
    Loko ini merupakan "kakak" dari BB 303 yang biasa digunakan untuk kereta penumpang ataupun kereta barang. Kecepatan maksimum loko ini 80 km/jam. B' B' artinya memiliki dua bogie dengan dua poros penggerak yang saling dihubungkan. Lokomotif BB 302 pada awalnya menggunakan mesin Maybach Mercedes-Benz tipe 12V393TZ10. Setelah 25 tahun beroperasi direhab dengan mengganti mesinnya menjadi MTU.[1] Dari total 6 unit BB302 yang hanya beroperasi di sumatera utara kini tersisa 3 unit lagi yang masih siap beroperasi (SO).TSO=tidak siap operasi
    Di Indonesia, lokomotif jenis ini hanya ada enam unit namun sekarang yang siap beroperasi tersisa tiga unit dan hanya dapat ditemui di Depot Lokomotif Medan dengan rincian penomoran sebagai berikut.
    Depot induk Lokomotif
    Medan (MDN) BB 302 01 (BB 302 70 01), BB302 02 (BB 302 70 02)*, BB 302 03 (BB 302 70 03)*, BB 302 04 (BB 302 70 04), BB 302 05 (BB 302 70 05)*, dan BB 302 06 (BB 302 70 06). 
 
 

 Lokomotif BB302
  •  
  • BB303 (Henschel DHG 1000 BB)
  •  Lokomotif BB 303 adalah lokomotif diesel hidraulik buatan pabrik Henschel, Jerman Barat. BB 303 mulai beroperasi sejak 1973, kebanyakan lokomotif BB303 dialokasikan di Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Jawa Timur. Lokomotif ini berdaya mesin sebesar 750 KW. Kemudian pada tahun 1998-2000 dilakukan rehabilitasi terhadap beberapa unit BB303 sehingga beberapa unitnya memiliki daya mesin hingga 890-960 KW. Lokomotif ini memiliki berat sebesar 42,8 ton. Lokomotif ini biasa digunakan untuk menarik kereta penumpang ataupun kereta barang, termasuk untuk langsiran. Lokomotif ini dapat berjalan dengan kecepatan maksimum 90 km/jam. Lokomotif ini bergandar B'B', artinya lokomotif ini memiliki dua bogie yang masing-masing memiliki dua poros penggerak yang saling dihubungkan.
    Lokomotif ini menggunakan mesin MTU 12v493TW10 dengan transmisi hidraulik Voith L520rU2. Kini, jumlah lokomotif ini sudah berkurang karena kalah bersaing dengan lokomotif diesel elektrik yang lebih bertenaga dan berdaya angkut lebih besar serta faktor suku cadang.[1] Kebijakan dipensiunkannya lokomotif BB 3xx di Jawa, serta kedatangan lokomotif CC201 dan BB203 di Sumatera Utara, membuat keberadaan lokomotif ini juga semakin tergeser.

    Lokomotif BB303 pertama kali beroperasi pada tahun 1973 di Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Pulau Jawa sebagai adik dari lokomotif BB302 yang beroperasi di Sumatera Utara saja. Dengan tekanan gandarnya yang ringan, lokomotif ini mampu beroperasi secara luas di berbagai lintas di Pulau Jawa dan Sumatera, khususnya yang hanya mampu menahan tekanan gandar dibawah 14 ton. Lokomotif BB303 yang terakhir didatangkan pada tahun 1984, bersamaan dengan adiknya, BB306.
    Sejak awal beroperasi di Sumatera Utara dan Sumatera Barat, lokomotif ini sudah menjadi andalan untuk seluruh kereta penumpang dan barang. Di Pulau Jawa, lokomotif BB303 pun menjadi andalan untuk kereta api jarak dekat hingga menengah, seperti kereta api Lokal Rangkasbitung dan Patas Merak di wilayah Daop I Jakarta, lalu kereta api Pandanwangi dan Probowangi di wilayah Daop IX Jember. Pada tahun 1987, salah satu lokomotif ini yaitu lokomotif BB 303 16 afkir karena Tragedi Bintaro, yang merupakan kecelakaan kereta api terparah sepanjang sejarah perkeretaapian di Indonesia. Sampai dengan tahun 90-an akhir, BB303 pun masih menjadi andalan di Pulau Jawa untuk kereta-kereta jarak dekat dan menengah.

    Setelah 25 tahun beroperasi, khusus untuk lokomotif BB303 yang beroperasi di Sumatera Utara, dilakukan rehabilitasi dengan mengganti mesinnya dengan tipe terbaru, sama dengan lokomotif BB302 yang juga direhab sehingga lokomotif BB303 yang telah direhab memiliki daya sekitar 890 KW serta memperpanjang masa pakai. Ini menyebabkan sampai saat ini, lokomotif BB303 masih banyak beroperasi di Sumatera Utara dan beberapa lokomotif hasil rehab ada yang dikirim ke Sumatera Barat sebagai tambahan armada.
    Sementara di Jawa, nasib lokomotif BB303 tidak seberuntung di Sumatera. Perlahan-lahan, lokomotif ini mulai tergeser menjadi lokomotif langsir, bahkan sampai mangkrak. Contoh tergesernya posisi lokomotif BB303 adalah tergesernya lokomotif ini sebagai penarik KA Lokal Rangkasbitung, yang digantikan oleh CC201 yang menemani BB304 yang sudah ikut menarik KA ini lebih dulu. Lalu, di Daop IX Jember, perannya juga tergeser karena kedatangan lokomotif CC201 di Dipo Jember yang mengakibatkan perannya dalam menarik kereta api jarak menengah seperti Pandanwangi dan Probowangi pun tergeser.
    Pada tahun 2014, seiring dengan kedatangan lokomotif CC201 dan BB203 ke Divre 1 Sumatera Utara dan Aceh, dilakukan mutasi terhadap 7 unit lokomotif BB303 dari Dipo Induk Medan ke Dipo Induk Padang, diantaranya BB 303 08 (BB 303 73 03), BB 303 22 (BB 303 78 01), BB 303 23 (BB 303 78 02), BB 303 35 (BB 303 78 09), BB 303 36 (BB 303 78 10), BB 303 51 (BB 303 84 08), BB 303 57 (BB 303 84 12).
    Sampai saat ini di tahun 2018, lokomotif BB303 masih menjadi andalan di Sumatera Utara dan Sumatera Barat, meskipun keberadaannya sedikit tergeser dengan keberadaan lokomotif BB203 dan CC201 yang ada. Meskipun demikian, kedua lokomotif tersebut belum mampu menggeser BB303 sepenuhnya karena kebutuhan lokomotif yang masih belum terpenuhi. Di Jawa, saat ini sudah tidak ada lagi lokomotif BB303 yang beroperasi.

    Depot induk Lokomotif
    Medan
    (MDN)
    BB 303 10 (BB 303 73 04) SO, BB 303 19 (BB 303 75 01) SO, BB 303 20 (BB 303 76 01) SO, BB 303 21 (BB 303 76 02) TSO, BB 303 24 (BB 303 78 03) SO, BB 303 26 (BB 303 78 05) SO, BB 303 27 (BB 303 78 06) SO, BB 303 33 (BB 303 78 07) SO, BB 303 34 (BB 303 78 08) TSO,
    BB 303 43 (BB 303 84 01) SO, BB 303 44 (BB 303 84 02) SO, BB 303 47 (BB 303 84 04) SO.
    Padang
    (PD)
    BB 303 08 (BB 303 73 03) SO, BB 303 22 (BB 303 78 01) SO, BB 303 23 (BB 303 78 02) SO, BB 303 25 (BB303 78 04) SO, BB 303 35 (BB 303 78 09) SO, BB 303 36 (BB 303 78 10) SO,
    BB 303 48 (BB 303 84 05) SO, BB 303 50 (BB 303 84 07) SO, BB 303 51 (BB 303 84 08) SO, BB 303 52 (BB 303 84 09) SO, BB 303 53 (BB 303 84 10) TSO, BB 303 54 (BB 303 84 11) SO, BB 303 57 (BB 303 84 12) SO.
  •  
  •  

  • Berkas:Bb303.jpg
  •  
  • BB304 (Krupp M1500BB)
  • Lokomotif BB304 adalah lokomotif diesel hidraulik milik PT Kereta Api Indonesia buatan pabrik Fried. Krupp, Jerman Barat. Lokomotif ini mulai dinas sejak 1976. Lokomotif ini berdaya mesin sebesar 1.550 hp. Lokomotif ini biasa digunakan untuk dinasan kereta penumpang ataupun kereta barang. Lokomotif ini dapat berjalan dengan kecepatan maksimum yaitu 120 km/jam. Lokomotif ini bergandar B'B', artinya lokomotif ini memiliki dua bogie, di mana setiap bogienya memiliki dua poros penggerak yang saling dihubungkan.
    Lokomotif ini dapat dianggap sebagai "adik" dari lokomotif BB 301. Hal ini disebabkan modelnya yang sama (Krupp-M1500BB) dengan desain kabin masinis yang sangat persis. Hanya saja, semua BB 304 memiliki kaca pada pintu masuk kabin masinis serta memiliki jaring radiator berbentuk enam buah persegi. 

    Di Indonesia, lokomotif ini terdapat di Dipo Lokomotif Tanah Abang, dipo lokomotif Cepu, dan dipo lokomotif Jember. Lokomotif ini telah berpengalaman menarik kereta-kereta api ekspres seperti Parahyangan dan Bima pada masa-masa indah PJKA dari awal masa dinasnya.
    Hingga akhirnya mulai tahun 90-an sampai sekarang diturunkan menjadi penarik kereta lokal, biasanya menarik KA lokal Rangkasbitung dan Merak untuk lokomotif milik dipo Tanah Abang dan menjadi penarik KA ekonomi jarak pendek di wilayah Daop IX Jember.
    Sejak 2011 akibat seringnya masalah, lokomotif milik Dipo Tanah Abang dijadikan pelangsir semenjak CC 201 dioperasikan untuk menggantikan peran lokomotif ini, termasuk didatangkannya juga CC 201 ke Dipo Tanah Abang, dan akhirnya BB304 di Tanah Abang berhenti beroperasi saat ini.Lokomotif di Jember bernasib lebih baik karena masih bisa menarik KA ekonomi jarak pendek, dan salah satu lokomotif BB 304 yang beruntung, BB 304 23R diretrofit oleh Balai Yasa Yogyakarta dengan mesin baru sehingga bisa menarik kereta rangkaian panjang seperti Mutiara Timur. 

    Karena keterbatasan suku cadang dan usia maka PT KAI melakukan kebijakan repowering yaitu membuang mesin BB 304 yang sudah lama dan mencangkokkan mesin baru di BB 304. Dengan penggantian mesin yang baru maka suku cadang lebih mudah didapatkan. Selain itu, kekuatan BB 304 yang sudah diganti mesinnya meningkat, dari 1.550 hp menjadi 1.800 hp. Rencananya, pada tahun-tahun selanjutnya, sejumlah lokomotif BB 304 akan di-repowering, mengingat hasil modifikasi tersebut sangat memuaskan.
    Lokomotif yang di-repower adalah BB 304 23. Sebelumnya, lokomotif ini berbasis di Dipo Tanahabang, dan bertugas menarik KA lokal sampai mangkrak. Balai Yasa Pengok dengan kerja sama Bombardier Transportation akhirnya melakukan repowering pada BB 304 23, dan menjadi BB 304 84 07R. Hasilnya cukup memuaskan, bahkan lok ini sanggup menarik KA Mutiara Timur yang lebih berat dibanding KA lain di Daop IX. Kini BB 304 23R berdipo Jember.
    Di dipo Tanahabang, sejak 2011 BB 304 hanya digunakan sebagai lokomotif pelangsir mengingat usianya yang sudah tua dan langkanya suku cadang, dan peran menarik KA Langsam, Patas Merak, Rangkas Jaya, Kalimaya dan KA batu bara digantikan oleh CC 201 dan CC 203 untuk kereta penumpang lokal/ekspres dan CC 206 untuk kereta penumpang ekspres dan barang. Bahkan, CC 20 1 sudah ada yang menjadi milik dipo Tanah Abang sejak dipo ini mendapat mutasi lokomotif dari dipo Jatinegara. Saat ini, lokomotif BB 304 yang dalam keadaan "Utuh" hanyalah BB 304 18 yang menggunakan logo dan livery era Perusahaan Jawatan Kereta Api ( PJKA ) namun sudah tidak dioperasikan lagi.
    Sejak 2011 BB304 di Tanah Abang hanya menjadi lokomotif pelangsir di Jakarta Kota, Jakarta Gudang, Tanjung Priok, Manggarai, dan Pasar Senen, serta jumlah mereka tinggal sedikit, dan jarang terlihat, termasuk di dipo Tanah Abang sekali pun. Bahkan, akhirnya lokomotif yang sering terlihat langsir di Manggarai maupun yang sering membawa kereta antara dipo Jakarta Kota dan Pengawas Urusan Kereta (PUK) Manggarai adalah CC 201, CC 203, bahkan CC 204.
    Penghentian operasi BB 304 dipo Tanah Abang untuk KA penumpang dan barang dilakukan karena tidak andalnya lokomotif ini, seringnya terjadi masalah dan mogok, serta keberadaan lokomotif seri CC 201/3/4/6 yang lebih handal untuk menarik KA lokal dan KA lainnya, termasuk untuk langsiran.
    Saat ini, seluruh BB 304 di Jakarta sudah tidak beroperasi akibat penghapusan aktivitas pelangsiran lokomotif diesel hidraulik kelas BB 303/4/6 di Tanah Abang, dan lokomotif tersebut telah dikirim ke Stasiun Cikampek untuk disusun di dekat stasiun, dan belum ada kabar apakah akan dirucat/dipreservasi. Saat ini BB 304 yang masih beroperasi adalah BB 304 02 ( BB 304 76 02 ) milik Dipo Lokomotif Sidotopo, dan BB 304 23r ( BB 304 84 07r ) milik Dipo Lokomotif Jember, BB 304 09 ( BB 304 76 09 ) milik Dipo Lokomotif Cepu.
    Sebenarnya, lokomotif ini tidak terlalu tua, satu generasi dengan lokomotif CC 201, namun dukungan suku cadang yang kurang, terutama untuk mesinnya yang diproduksi oleh MTU Friedrichshafen (tidak seperti mesin GE 7FDL-8 buatan GE Transportation yang sampai saat ini masih diproduksi untuk pasar internasional) membuat lokomotif ini seperti berusia tua, dan kanibalisasi sering dilakukan sehingga satu persatu lokomotif pun mati sampai hampir tidak ada yang beroperasi.

  • BB305 (Jenbacher Ldh1500BB, CFD BB1500HV, dan NS)
  • Lokomotif BB 305 adalah lokomotif diesel hidraulik milik PT Kereta Api Indonesia, Semen Nusantara, dan PT Kertas Leces yang telah beroperasi di Indonesia sejak tahun 1978. Lokomotif ini dibagi menjadi tiga versi, yakni lokomotif BB 305 01 milik PT Semen Nusantara, lokomotif BB 305 01, 02, dan 03, dan lokomotif BB 305 04, 05, 06.
    Saat ini lokomotif BB 305 semuanya sudah tidak beroperasi. 

    Lokomotif BB 305 adalah lokomotif diesel hidrolik generasi keenam yang dimiliki oleh PT Kereta Api. Lokomotif ini diproduksi di pabriknya CFD, Perancis. Lokomotif ini mulai dinas sejak 1978.Lokomotif ini berdaya mesin sebesar 1550HP. Lokomotif ini biasa digunakan untuk dinasan kereta barang.

    Seluruh lokomotif BB 305 pada awalnya dibeli oleh BUMN pabrik kertas bernama PT Kertas Leces di Kabupaten Probolinggo sebanyak 6 unit dan dikhususkan untuk menarik angkutan kertas. Untuk BB 305 01, 02, dan 03 diproduksi oleh Jenbacher Werke AG (kini GE Jenbacher), sedangkan BB305 04, 05, dan 06 diproduksi oleh Chemins de Fer Departementaux (CFD) di Perancis. Kertas Leces adalah pabrik kertas tertua di Indonesia yang sudah ada sejak 1939. BB 305 yang terakhir menggunakan livery merah dan biru Perumka dahulu hanya digunakan untuk mengangkut ampas tebu dan jerami dari Pabrik Gula (PG) Semboro di Kecamatan Tanggul, Kabupaten Jember menuju kompleks pabrik PT Kertas Leces, untuk diproduksi menjadi kertas, namun juga berpengalaman menarik kereta api penumpang seperti Cantik Ekspres. Semua lokomotif dialokasikan di dipo lokomotif Jember (JR).
    Lokomotif BB 305 Jenbacher dan CFD memiliki desain yang berbeda. Lokomotif BB 305 01, 02, 03 (Jenbacher) memiliki satu kabin masinis, sedangkan BB 305 04, 05, dan 06 (CFD) memiliki dua kabin masinis. BB305 Jenbacher memiliki kapasitas BBM 2.000 liter, sedangkan BB 305 CFD memiliki kapasitas BBM 2.900 liter. Selain itu, letak tangki air pada BB 305 Jenbacher berada di dekat kabin masinis, sedangkan BB 305 CFD berada di antara kedua bogie.
    Sementara itu, komponen mesin dan performa tidak ada perbedaan. Kedua jenis lokomotif memiliki mesin MTU 12 V 652 TB 11, berat 52 ton, daya 1.550 hp, dan dapat melaju hingga 120 km/jam. Transmisi hidrauliknya pun menggunakan Voith L 720 rU2.Tahun 1998, Kertas Leces mengalami kesulitan keuangan sehingga operasionalnya dialihkan kepada PT Kereta Api Indonesia untuk angkutan KA penumpang seperti Cantik Ekspres (Surabaya-Banyuwangi pp) dan Rengganis (Banyuwangi-Malang pp). Karena tidak tersedianya suku cadang, mulai tahun 2006 BB 305 sudah tidak beroperasi. Kini tersisa BB 305 03, 04, dan 06 yang kini teronggok di Balai Yasa Pengok di Yogyakarta.Selain itu, ada satu lagi BB 305, yakni BB 305 01 buatan pabrik Nippon Sharyo Co, Ltd. Jepang, milik PT Semen Nusantara (kini Holcim Indonesia). Lokomotif ini mulai dinas sejak 1976 untuk menarik kereta api angkutan semen ke pabrik Semen Nusantara dari stasiun Cilacap atau sebaliknya. Lokomotif tersebut memiliki motor diesel Komatsu-Cummins NRTD 6-B1, berat 35 ton, daya mesin 335 hp, dan melaju hingga 50 km/jam. BB 305 01 Nippon Sharyo kini sudah tidak beroperasi. 
     
     

    BB 305 (Jenbach)
    Berkas:Bb305jenbacher.jpg
    Berkas:KA Pandanwangi JR.JPG
  •  
  •  
  • BB306 (Henschel DHG 800 BB)
  • Lokomotif BB 306 adalah lokomotif diesel hidraulik yang dimiliki oleh dipo kereta besar di Jakarta Kota. Loko ini kerap digunakan untuk melangsir kereta penumpang yang akan diberangkatkan dari Stasiun Jakarta Kota. Lokomotif ini sering digunakan pada tahun 80-an hingga 90-an.
    Sejak datangnya era lokomotif Diesel Elektrik, loko ini mulai terlupakan dan kebanyakan rusak termakan usia dan kurang suku cadang (contohnya BB 306 16 (afkir karena Tragedi Bintaro)). Lokomotif ini hanya terdapat di Stasiun Jakarta Kota dan milik dipo lokomotif Tanah Abang (di antaranya BB 306 08, BB 306 10 - BB 306 11, BB 306 17 - BB 306 19), dipo lokomotif Medan (di antaranya BB 306 01, BB 306 03, BB 306 05 BB 306 06, BB 306 21, BB 306 22), dan dipo lokomotif Padang (di antaranya BB 306 12 - BB 306 14).Beberapa lokomotif BB306 yang tersisa di Tanahabang sudah dikembalikan livery-nya menjadi ala PJKA.
    Lokomotif BB 306 ini terkenal dengan transmisi hidraulik Samba dengan karakteristik throttle dapat langsung dibalik mundur ketika lokomotif bergerak maju. Secara otomatis transmisi bertindak sebagai rem hidraulik hingga loko ini berhenti lalu bergerak mundur.[1]
    Kebijakan penghapusan aktivitas langsir lokomotif BB 3xx di Dipo Lokomotif Tanah Abang, membuat lokomotif BB306 yang dialokasikan di dipo lokomotif ini tidak beroperasi. Sebagian lokomotif ini disimpan, atau dibawa ke Stasiun Cikampek untuk dirucat.

    LOKOMOTIF TRAGEDI BINTARO ??? 
    PENGIRIMAN LOKOMOTIF BB 306 MANGGARAI - TANAH ABANG PP

     
     
     
  •  Lokomotif BB306

  • CC300 (INKA CC 300*)
  •  LokomotifCC 300 adalah salah satu lokomotifdiesel hidraulik di Indonesia milik Direktorat Jenderal (Ditjen) PerkeretaapianKementerian Perhubungan yang digunakan khusus untuk keperluan dinas Ditjen Perkeretaapian[2]. Lokomotif dengan dua kabin masinis ini dibuat oleh PT INKA. Desain dan integrasi sistemnya murni hasil pemikiran insinyur Indonesia. Meskipun lokomotif ini dimiliki Ditjen Perkeretaapian, namun loko ini tetap dioperasikan oleh PT KAI
    Lokomotif ini mempunyai panjang 14.135 mm, lebar 2.642 mm, tinggi 3.575 mm, dan berat 84 ton.[1] Kecepatan maksimalnya adalah 120 km/jam, daya mesinnya adalah 2200 hp dan memiliki gaya traksi sebesar 270 kN pada saat lokomotif mulai bergerak dari keadaan berhenti total. Mesinnya memakai mesin diesel Caterpillar tipe 3512B HD (Caterpillar 3500, konfigurasi V-12 (kode angka 12 pada 3512), long stroke (kode B), diameter silinder × langkah silinder = 170 mm × 215 mm, perbandingan kompresi = 15,5:1) dengan transmisi hidraulik Voith Turbo Transmission L620reU2. Sistem pengereman memakai produk Westinghouse Air Brake Technologies (Wabtec), master controller memakai produk Woojin dari Korea Selatan, juga dilengkapi dengan generator set (genset) Caterpillar CAT C18 sehingga tidak memerlukan kereta pembangkit jika menarik rangkaian kereta penumpang.
    Agus Purnomo, Direktur Utama PT INKA, menyebutkan, lokomotif ini cukup andal karena tahan banjir. Ia juga mengatakan bahwa proyek CC 300 adalah bekerjasama dengan Kemenhub, maka ada beban biaya pengembangan yang ditanggung oleh PT INKA. Sebesar 30 miliar rupiah dari Pemerintah Indonesia (PT INKA ikut membayar juga) telah dibayarkan untuk mengembangkan proyek lokomotif made in Indonesia itu. meskipun ketinggian banjir mencapai 1 meter, KA yang ditariknya masih bisa melaju. Sesungguhnya pengembangan lokomotif INKA itu telah dilakukan sejak 2009, dan tidak menutup kemungkinan jika loko ini akan segera diekspor ke seluruh dunia, terutama bagi negara yang lintas KA-nya memiliki persoalan banjir. Lokomotif CC 300 diluncurkan pada tanggal 20 Mei 2013 bertepatan dengan peringatan Hari Kebangkitan Nasional.[4] Saat ini sudah ada lima unit lokomotif CC 300 (CC 300 12 01, CC 300 12 02, CC 300 12 03, CC 300 14 01, CC 300 14 02) yang dibuat oleh PT INKA dan semuanya selesai dirakit dan diujicobakan. Direncanakan lokomotif ini akan ditempatkan di beberapa dipo lokomotif yang ada di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

    Dipo induk Lokomotif
    Madiun (MN) CC 300 12 01, CC 300 12 02, CC 300 12 03
    Medan (MDN)[5] CC 300 14 01
    Tanjung Karang (TNK) CC 300 14 02 
     
     Berkas:282639 373646279360687 985210383 n.jpg




























 Loko Diesel Elektrik

  • BB200 (EMD G8A1A)
  • Lokomotif BB 200 buatan pabrik General Motors Electro-Motive Division, Amerika Serikat adalah lokomotif diesel elektrik pertama dengan transmisi daya DC-DC yang sudah digunakan di Jawa sejak tahun 1957. Lokomotif ini memiliki daya mesin sebesar 950 hp dengan susunan gandar (A1A)(A1A), yakni dengan dua bogie bergandar 3, namun masing-masing hanya 2 gandar yang digerakkan oleh motor traksi. Hal ini dibuat agar tekanan tiap-tiap gandarnya rendah, dan tidak melampaui daya dukung jaringan rel Kereta ketika lokomotif melewati jaringan rel tersebut.[2] Lokomotif ini pernah dioperasikan oleh Daerah Operasi IV Semarang dan Divisi Regional III Sumatera Selatan dan Lampung.[2]

    Pada tahun 1957, lokomotif bermodel EMD G8U6 dibeli oleh Djawatan Kereta Api Republik Indonesia dan diberi nomor seri BB200. Menurut kontrak pembelian tertanggal 6 April 1956, 35 unit BB200 beroperasi di lintas Jawa. Sebanyak 27 unit di antaranya dialokasikan di dipo Semarang Poncol, 4 unit di dipo Kertapati, 1 unit di dipo Tanjung Karang, serta tiga sisanya (BB 200 10, 11, dan 18) adalah produk afkir. Satu persatu lokomotif BB200 yang belum dilengkapi abar angin (rem udara tekan) kemudian dipasangi secara bertahap, melengkapi rem vakum. Tiga lokomotif BB200 pertama yang memakai abar angin adalah BB 200 01, 08, dan 18.
    Secara teknis long hood (hidung panjang) lokomotif tersebut merupakan bagian depan dari lokomotif tersebut, bukan hidung pendeknya, atau dengan kata lain, kabin masinisnya ada di belakang seperti halnya lokomotif uap. BB200 pun hanya memiliki satu meja layanan masinis, dan hal ini jelas berbeda dengan lokomotif sebelumnya, CC200, yang memiliki dua meja layanan masinis (dan dua kabin masinis) di tiap ujungnya. Tentulah masinis akan lebih ergonomis jika mengoperasikan lokomotif BB200 ke arah long hood. Berbeda dengan lokomotif lainnya di Indonesia, lokomotif ini memiliki plat nomor yang terletak di sisi kiri dan kanan lampu utama di tiap ujungnya.
    Bentuk fisik lokomotif BB200 ini sama halnya dengan lokomotif EMD G8 lainnya di seluruh dunia. Anehnya, di Amerika Serikat tidak ada lokomotif EMD G8 karena dayanya kurang besar (daya rata-rata minimum lokomotif Amerika Utara yang diproduksi oleh GM-EMD adalah 2.000 hp), sedangkan lokomotif EMD G8 hanya sebesar 875 hp, karena EMD G8 memang merupakan lokomotif ekspor. Akan tetapi, meskipun dayanya relatif kecil, lokomotif ini dapat melaju hingga 110 km/jam.
    Contoh kereta api yang pernah ditarik oleh BB200 antara lain, Bima, Mutiara Utara, Pandanaran, Senja Utama, dan Purbaya, serta untuk pengangkutan barang. Pada tahun 1984, diadakan rehabilitasi untuk memperpanjang masa pakai lokomotif BB200. Karena GM-EMD—serta penerusnya, Electro-Motive Diesel—tidak memproduksi suku cadang untuk lokomotif ini, maka lokomotif ini satu persatu berhenti beroperasi.
    Pada bulan Juni 2006, komunitas rail fans Indonesia, Indonesian Railways Preservation Society (IRPS), mengajukan proposal kepada PT Kereta Api (Persero) untuk mempreservasi lokomotif BB200 dipo induk Semarang Poncol. Pada bulan September 2006, lokomotif dengan nomor BB 200 29 sudah bisa beroperasi lagi. Menyusul pada bulan Agustus 2007, lokomotif dengan nomor BB 200 21 berhasil diperbaiki. Kedua lokomotif tersebut akhirnya beroperasi berkat komponen dari lokomotif BB200 lainnya yang afkir. Lokomotif BB200 yang terakhir beroperasi adalah BB 200 07, 14, 21, dan 29. BB 200 07 dan 14 berada di Sumatera Selatan. Sementara itu, BB 200 06 tanpa mesin dan sebuah kereta penumpang dipajang di Akpol untuk sarana pendidikan dan latihan antiterorisme.[3]
    Salah satu seri lokomotif ini, BB 200 08, telah direstorasi di Balai Yasa Yogyakarta untuk dipindah ke Museum Kereta Api Ambarawa.[4]
    Satu-satunya BB200 yang masih hidup di Indonesia adalah BB200 07 yang saat ini ditugaskan sebagai loko pelangsir di Balai Yasa Lahat.
    Pada tahun 1968, sebuah lokomotif BB200 pernah mengalami kecelakaan dengan KA Bumel di Ratu Jaya, Depok, kejadian ini memakan korban sebanyak 116 jiwa.
     Berkas:Gambar teknik BB200.jpg
     
     
     
 BB 200 07, Lokomotif BB200 Terakhir Yang Masih Hidup Di Indonesia.

  • BB201 (EMD G12U6)Lokomotif BB 201 buatan pabrik General Motors Electro-Motive Division adalah lokomotif diesel elektrik tipe kedua dengan transmisi daya DC-DC yang sudah dioperasikan sejak tahun 1964. Lokomotif ini berdaya mesin sebesar 1425 hp dengan susunan gandar (A1A)(A1A), yakni dengan dua bogie bergandar 3, namun masing-masing hanya 2 gandar yang digerakkan oleh motor traksi[2]. Susunan gandarnya sama seperti lokomotif BB 200  Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA) membeli 11 unit lokomotif EMD G12 dari pabrik GM-EMD pada tahun 1964. Pada mulanya, lokomotif ini dialokasikan di dipo lokomotif Bukit Duri (kini Dipo KRL) untuk pelayanan kereta api penumpang dan barang. Kereta yang ditarik BB201 melayani rute JakartaYogyakarta pp dan Jakarta–Sukabumi pp. Termasuk pula kereta api Bima yang notabene merupakan kereta termewah saat itu. Selain itu, lokomotif BB201 juga pernah melayani kereta api ketel dari Depo Pertamina Cilincing menuju Sukabumi atau Bandung. Jalur kereta api menuju ke depo Pertamina Cilincing yang melalui Stasiun Pasoso dan Sungailagoa untuk layanan kereta api ketel tersebut ditutup pada tahun 1980 karena telah selesainya jalur pipa Pertamina ke Sukabumi dan Bandung. Namun depo ini masih melayani pengisian BBM ke gerbong tangki high-speed diesel hingga dihentikan tahun 1989.
    Hadirnya 38 unit lokomotif CC201 generasi I pada tahun 1976-1977 mengakibatkan lokomotif ini dimutasi ke dipo lokomotif Yogyakarta. BB201 kemudian digunakan untuk menarik kereta api pengangkut semen CilacapLempuyangan, serta kereta api ketel minyak rute Cilacap–Rewulu. Kemudian, 34 unit lokomotif CC201 generasi II yang diimpor tahun 1983-1984 mengakibatkan lokomotif ini dimutasi ke dipo lokomotif Purwokerto, untuk menarik kereta api Purbaya (PurwokertoSurabaya Gubeng, pp) dan feeder Purbaya (Cilacap–Kroya, pp).
    Meskipun bentuk lokomotif ini mirip dengan BB200, namun ada sedikit perbedaan. Daya mesin dan kecepatan untuk lokomotif ini lebih besar daripada BB200, yakni 1.425 hp, dan mampu berlari hingga 120 km/jam. Selain itu, BB201 sejak awal produksinya sudah dilengkapi multiple unit box port dan dynamic brake (rem dinamik), sedangkan BB200 belum ada fasilitas tersebut; meskipun beberapa waktu kemudian BB200 dilengkapi dengan dynamic brake. Posisi rem parkir BB201 ada di dalam sisi kiri kabin masinis menghadap ke short hood, sedangkan BB200 di sisi kanan. Selain itu, tidak ada plat nomor di sisi kiri dan kanan lampu depan pada kedua ujungnya. Pada tahun 1984 bersama BB200, lokomotif ini mengalami rehabilitasi untuk memperpanjang masa pakai.
    Saat ini, seluruh lokomotif BB 201 sudah punah, tidak ada yang beroperasi lagi. Unit terakhir yang beroperasi, BB 201 10, saat ini masih ada di dipo lokomotif Purwokerto dan hanya digunakan sebagai pelangsir. Kepunahan ini disebabkan langkanya suku cadang, mengingat BB 201 masih menggunakan mesin EMD 567, tidak seperti lokomotif EMD seri berikutnya di Indonesia yang menggunakan mesin EMD 645 dan EMD 710.[3]
     
     
  • BB202 (EMD G18U6)
  • Lokomotif BB 202 buatan General Motors Electro-Motive Division adalah lokomotif diesel elektrik tipe ketiga dengan transmisi daya DC-DC yang mulai beroperasi sejak tahun 1970-an. Lokomotif dengan nomor model G18U6 ini berbeda dengan lokomotif BB 200 dan BB 201 ataupun lokomotif diesel elektrik lain, lokomotif yang mempunyai satu kabin masinis ini tidak memiliki hidung dan sangat pendek ukurannya.
    Lokomotif dengan sisa 6 lokomotif yang dapat beroperasi ini terdapat di dipo lokomotif Kertapati untuk dinasan kereta penumpang dan kereta barang.
    Lokomotif ini didatangkan pada tahun 1968 sebanyak 3 unit. Lokomotif ini ditugaskan bersama sama dengan lokomotif BB 203 dan lokomotif D 52 di Sumatera Selatan. Awal tugasnya adalah untuk langsiran rangkaian batu bara maupun untuk dinasan kereta batu bara ringan serta beberapa angkutan barang seperti semen, pupuk, dan ballast. Kemudian tahun 1971 didatangkan kembali lokomotif ini sejumlah 5 unit. Dengan demikian lokomotif ini hanya berjumlah 8 unit.
    Lokomotif dengan jumlah 8 unit ini seluruhnya ditugaskan di Sumatera Selatan untuk dinasan kereta penumpang dan kereta barang. Lokomotif ini selurunya berada di dipo lokomotif Kertapati dan beberapa di antaranya berada di Balai Yasa Lahat. Lokomotif ini pun sempat digunakan untuk menarik kereta api Ruwa Jurai fakultatif yang mogok akibat kerusakan mesin. Dari 8 unit ada 2 unit yang status rusak sehingga hanya 6 unit yang mampu beroperasi penuh. yang pertama adalah BB 202 02 yang rusak karena kerusakan mesin yang sangat parah dan minimnya suku cadang mesin 8-645E sehingga dimatikan untuk diambil suku cadangnya. Yang kedua adalah BB 202 08. Lokomotif ini tidak diketahui penyebab rusaknya karena sudah lama rusak sejak tahun 1990-an. Lokomotif ini dirucat sepenuhnya dan hanya tersisa bagian kepala atau kabinnya saja dan kini dipajang di pintu masuk Balai Yasa Lahat.
     
     
     Lokomotif BB202
  • BB203 (GE U18A1A )
  • Lokomotif BB 203 buatan General Electric Transportation, adalah lokomotif diesel elektrik milik PT Kereta Api Indonesia dengan transmisi daya DC-DC yang mulai beroperasi sejak tahun 1978. Lokomotif BB 203 ini bernomor model GE U18A1A.Bentuk, ukuran, dan komponen utama lokomotif ini sama seperti lokomotif CC 201, yang membedakan adalah susunan gandarnya. Jika lokomotif CC 201 bergandar Co-Co, yaitu setiap bogienya memiliki tiga gandar penggerak, maka lokomotif BB 203 bergandar (A1A)(A1A), yaitu setiap bogienya juga memiliki tiga gandar, tetapi hanya dua gandar dalam setiap bogie-nya yang digunakan sebagai gandar penggerak. Jika lokomotif CC201 memiliki 6 motor traksi, maka lokomotif BB203 hanya memiliki 4 motor traksi.Pada awal mula adanya BB203, lokomotif ini dialokasikan baik di Jawa maupun Sumatera, karena pada saat itu masih banyak lintas jalur kereta api yang masih bertekanan gandar rendah karena ukuran rel yang kecil, khususnya di jembatan-jembatan berukuran sedang hingga besar. Namun kini, lokomotif BB 203 telah habis populasinya di Pulau Jawa karena kesemuanya telah dimodifikasi menjadi CC 201.Pada Pulau Sumatera, lokomotif BB 203 pernah dioperasikan di Divre III Sumatera Selatan, namun sebagian juga sudah dimodifikasi menjadi CC 201, dan saat ini beroperasi Divre I Sumatera Utara untuk membantu armada BB 302 dan BB 303 yang saat sudah sulit suku cadangnya.Lokomotif ini pernah beroperasi di Jawa, tetapi sejak tahun 1989-2004, semua lokomotif BB 203 di Jawa maupun di Sumatera Selatan, satu per satu mulai diubah menjadi CC 201. Untuk membedakan lokomotif hasil rehabilitasi BB 203 menjadi CC 201, huruf belakang tulisan nomor loko yang di-rehab adalah R. Contoh: CC 201 73R.
  • Berkut ini daftar lokomotif BB 203 yang diubah menjadi CC 201. 1989-1990
  • BB 203 43 49 50 44 53 54 57 56 47 58 51 55 59 42 46 48 45 52
    CC 201 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90
    Penomoran baru 89 01 89 02 89 03 89 04 89 05 89 06 89 07 89 08 89 09 89 10 89 11 (afkir) 89 12 Afkir 89 13 89 14 89 15 89 16 89 17
  •  Berkas:Bukit Serelo train.JPG
  •  
  •  
  •  
  • BB204 (SLM HGm4/6)
  • Lokomotif BB 204 merupakan satu-satunya lokomotif diesel elektrik di Indonesia buatan Swiss Locomotive and Machine Works, Swiss yang khusus dioperasikan pada jalan rel bergigi. Lokomotif ini sudah ada di Indonesia sejak 1981.
    Lokomotif ini berdaya mesin sebesar 1.230 hp dengan susunan gandar lokomotif ini adalah Bo'2'Bo', artinya dua bogie dengan dua gandar penggerak dan satu bogie idle dengan dua gandar. Lokomotif ini terdapat di Divisi Regional II Sumatera Barat yang relnya bergigi. Pada era dieselisasi lokomotif Indonesia, Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) mendatangkan lokomotif BB204 dari Swiss Locomotive and Machine Works (SLM), Swiss yang dioperasikan untuk mengganti lokomotif uap E10. Dibagi atas tiga kedatangan, yaitu, generasi pertama pada tahun 1982 sebanyak enam unit, 1983 sebanyak empat unit, dan 1984 sebanyak tujuh unit. Lokomotif ini didinaskan terutama untuk angkutan kereta api semen di Sumatera Barat serta satu layanan kereta api penumpang kelas ekonomi, Sibinuang.[2]
     

     
     
     Lokomotif BB204
  •  
  • CC200 (Alco-GE UM 106T)
  • Lokomotif CC200 dengan nomor model Alco-GE UM 106T adalah lokomotif diesel elektrik berkabin ganda pertama di Indonesia [3], buatan pabrik General Electric tahun 1953. Lokomotif diesel elektrik dengan berat 96 ton ini dipesan oleh Indonesia sebanyak 27 buah. Lokomotif CC 200 yang tersisa sekarang berada di Museum Kereta Api Ambarawa yaitu CC 200 15 yang masih dirawat dengan baik untuk dilestarikan. Dua "saudara" terakhirnya, CC 200 08 dan CC 200 09 sudah dikirim ke Balai Yasa Yogyakarta setelah dinyatakan pensiun.
    Lokomotif ini berdaya mesin sebesar 1.750 hp dengan susunan gandar lokomotif ini adalah Co'2'Co' artinya, lokomotif ini memiliki dua bogie penggerak masing-masing dengan 3 gandar penggerak dengan 6 motor traksi dan satu bogie idle yang terdiri dari dua pasang roda.
    Perlu diketahui bahwa meskipun lokomotif CC200 merupakan lokomotif diesel pertama di Indonesia sebagaimana banyak dijelaskan, ternyata ada sebuah lori diesel milik Pabrik Gula Gondang Winangoen yang akhirnya ditetapkan sebagai lori diesel tertua di Indonesia. Lori ini bernama "Ajax", buatan Jerman tahun 1927 dan mulai beroperasi pada tahun 1929.[4]
    Setelah Perang Kemerdekaan usai tahun 1949, kondisi perkeretaapian Indonesia rusak. Untuk memperbarui sarana KA yang sudah tua dan rusak akibat perang, maka DKA memesan sarana KA yang baru, berikut berbagai jenis lokomotif diesel, lokomotif uap, kereta penumpang dan gerbong barang.
    CC 200 adalah salah satu contoh. Rencana pengoperasian lokomotif diesel sudah ada sejak zaman Staatsspoorwegen, diwacanakan dan disebut-sebut dalam laporan tahunan Staatsspoorwegen tahun 1930. Namun wacana ini gagal karena Belanda saat itu sedang dilanda Perang Dunia II.
    Setelah perang usai, disusunlah rencana modernisasi perkeretaapian Indonesia yang mencakup pembelian 100 unit lokomotif uap D 52 dan 27 unit lokomotif diesel CC 200.
    Pada 1953, lokomotif diesel CC 200 tiba di Indonesia. Karena tekanan gandar jalan rel di Indonesia saat itu maksimal 12 ton maka CC 200 yang memiliki berat 96 ton terlalu berat apabila hanya memiliki susunan Co'Co' atau 2 gandar penggerak 3 roda. Maka ditambahkanlah gandar tambahan sehingga susunannya menjadi Co'2'Co' atau 2 gandar penggerak 3 roda dan satu gandar tak berpenggerak dengan dua roda. Susunan ini unik karena hanya di Indonesia lokomotif ini dimodifikasi gandarnya untuk mengakali tekanan gandar yang besar. Lokomotif ini pun langsung menggunakan livery khas DKA, PNKA, dan PJKA, yaitu kuning-hijau dengan logo roda terbang yang sudah berlaku sejak 1953 hingga 1988.
    Kehadiran CC 200 yang menandai modernisasi perkeretaapian Indonesia mendapat perhatian dari dalam atau luar negeri dan dibahas rinci oleh majalah-majalah profesional, misalnya dibahas dalam majalah kereta api Inggris "Diesel Railway Traction" dan majalah persatuan insinyur Indonesia yang kala itu masih berbahasa Belanda "De Ingenieurs in Indonesie".
    Sepanjang kariernya dari tahun 1950-an sampai 80-an, CC 200 menarik semua kereta, baik itu penumpang maupun barang. Kariernya pun makin lama makin tergeser oleh lokomotif yang lebih baru, seperti CC 201 yang lebih ringan dan bertenaga. Seiring waktu, sebagian lokomotif ini juga mulai diafkirkan karena usia dan faktor suku cadang. Mulai tahun 90-an, CC 200 dicat menjadi merah-biru dengan garis putih seiring bergantinya nama dan bentuk perusahaan, dari PJKA menjadi Perumka. CC 200 pun diturunkan pangkatnya menjadi penarik KA jarak dekat/KA lokal mengingat usianya yang makin tua dan hanya tersisa sedikit, dan banyak di antara mereka yang sudah mulai mangkrak. Saat itu, lokomotif CC200 yang tersisa hanyalah CC200 08, 09, 15, dan 26. CC 200 akhirnya berhenti beroperasi sekitar tahun 2000-an awal, ketika tiga lokomotif CC200 yang tersisa dan merupakan milik Dipo Cirebon, yaitu CC200 08, CC200 09, dan CC200 15 tumbang 
    Pada tahun 2000-an, lokomotif CC 200 yang tersisa hanyalah 3 unit, dan dalam kondisi buruk. Ketiga lokomotif tersebut adalah milik Dipo Lokomotif Cirebon, yakni CC 200 08, CC 200 09, dan CC 200 15. Lokomotif yang bisa dioperasikan hanyalah CC 200 08 dan CC 200 15. Pada akhirnya, salah satu kelompok kerja railfans Indonesia, Friends of CC200 yang berada di bawah Indonesian Railway Modeller Club bekerja sama dengan PT Kereta Api (Persero) memutuskan bahwa CC 200 15 yang akan dipreservasi, karena kondisinya yang lebih baik dibanding kedua lokomotif lainnya. CC 200 15 dipreservasi dengan "menganibal" komponen dari CC 200 08 dan CC 200 09. Preservasi dilakukan oleh Friends of CC200, dengan bantuan dari PT Kereta Api.
    Pada tahun 2003, Friends of CC200 yang kelak dipegang oleh Indonesian Railway Preservation Society (IRPS) bersama PT KA menggelar open house di Stasiun Cirebon, tempat ketiga lokomotif CC 200 dipamerkan. Pada masa itu, CC 200 15 yang telah dicat kuning-hijau (sudah dikembalikan ke livery semula) sudah dalam kondisi baik, sedangkan CC 200 08 dan 09 yang berwarna merah-biru telah dengan kondisi rusak dan tidak bisa digunakan, mengingat komponennya telah dikanibal untuk CC 200 15. CC200 08 dan 09 masih disimpan di Dipo Cirebon pada akhirnya.
    Akhirnya, pada tahun 2007, CC 200 08 dan CC 200 09 dikirim ke Balai Yasa Yogyakarta, kemudian disimpan atau "dimakamkan" dengan status benda cagar budaya. Sementara CC 200 15 tetap di Dipo Lokomotif Cirebon dan dioperasikan sebagai penarik KA wisata. Hingga tahun 2015, hanya tersisa CC 200 15 di Cirebon, lokomotif lainnya entah ke mana, diafkirkan, atau "dimakamkan" di Balai Yasa Yogyakarta.
    Karena kesulitan suku cadang, CC 200 15 tidak bisa beroperasi, lokomotif tersebut disimpan di Dipo Cirebon, dan saat akan dipamerkan pada suatu event, maka lokomotif ini perlu ditarik oleh lokomotif lain. Karena kondisinya sudah tidak memungkinkan lagi untuk dioperasikan, lokomotif ini akhirnya dipindah ke Museum Kereta Api Ambarawa.[6] Karena ini merupakan lokomotif diesel, maka lokomotif ini akan dialokasikan di Stasiun Tuntang, yang akan dijadikan tempat berbasisnya lokomotif diesel, karena museum kereta api Ambarawa adalah tempat untuk lokomotif uap saja.
     


      Terima kasih CC 200

     Kereta Api] Kompilasi CC20015 (ALCO-GE UM 106T) 
    KLB Djoko Kendil, Surabaya Gubeng-Mojokerto

     BLUSUKAN DI 'PERUT' LOKO DIESEL KAI PERTAMA 
    | Lokomotif CC 200 15 di Stasiun Ambarawa

     
     
     
    Lokomotif CC200
  •  
  • CC201 (GE U18C)
  • Lokomotif CC 201 adalah lokomotif diesel elektrik milik PT Kereta Api Indonesia yang diproduksi oleh General Electric Transportation dengan jenis model U18C. Lokomotif CC 201 mempunyai konstruksi yang ramping dengan berat 84 ton dan daya mesin 1950 hp. Lokomotif ini bergandar Co'Co'. Artinya lokomotif memiliki 2 bogie masing-masing 3 gandar dengan total 6 motor traksi, sehingga lokomotif ini dapat dioperasikan pada lintas datar maupun pegunungan. Lokomotif ini sama seperti lokomotif GE lainnya, mampu berlari sampai kecepatan 120 km/jam, meskipun kecepatan kereta api saat ini dibatasi maksimal 90 km/jam.
    Sepanjang kariernya, lokomotif ini telah berpengalaman menarik berbagai jenis KA, mulai dari kereta eksekutif, bisnis, ekonomi, campuran, sampai kereta barang/kargo. Namun, saat ini CC 201 lebih banyak dioperasikan untuk KA kelas bisnis, campuran, ekonomi, dan lokal.
    CC 201 juga merupakan salah satu lokomotif GE Transportation yang paling sukses di Indonesia, mengingat ketersediaan suku cadang yang cukup dan mesin yang mirip dengan CC 203, CC 204, dan CC 206 (semua bermesin GE 7FDL-8). Posisi lokomotif diesel hidraulik (DH) di Sumatera dan Jawa pun juga banyak terganti oleh lokomotif ini, khususnya sejak CC206 mulai beroperasi.

    CC 201 generasi I

    Lokomotif CC 201 generasi I ini didatangkan ke Indonesia pada tahun 1977-1978 sebanyak 38 unit. Awal mula kedatangan lokomotif ini diwarnai dengan peristiwa kecelakaan pada saat lokomotif ini sedang dalam perjalanan dari pabriknya, GE di Amerika Serikat menuju ke Indonesia menggunakan kapal laut. Dalam perjalanannya, kapal yang membawa loko tersebut dihantam badai sehingga menyebabkan muatan-muatan yang ada di dalamnya jatuh menimpa tiga dari delapan lokomotif CC 201 tersebut. Hal ini membuat bagian depan dari ketiga lokomotif itu ringsek. Sesampainya di Indonesia, lokomotif yang selamat dari musibah itu dapat langsung dioperasikan. Namun untuk loko yang ringsek tidak demikian. Ketiga lokomotif tersebut harus menjalani perbaikan terlebih dahulu selama kurang lebih sebulan.
    Ciri-ciri CC 201 generasi I ini yaitu pada bagian jaring radiatornya berukuran besar serta tuas pembuka alat perangkai (coupler) yang terletak di bawah sistem coupler-nya. Selain itu, pada mulanya semua lokomotif generasi ini tidak mempunyai lampu kabut di atas bemper seperti CC 203/CC 204. Namun sejak lokomotif ini mengalami PA (Pemeliharaan Akhir) pada tahun 2010-2011, semua unit CC 201 generasi I telah dipasangi lampu kabut, serta sebagian lokomotif sudah memasang tuas coupler di atas sistem coupler-nya seperti halnya generasi II dan III.Tujuh unit CC 201 generasi I telah dimodifikasi menjadi CC 204 pada tahun 2003 dan 2005, yaitu CC 201 03 (CC 204 01), CC 201 11 (CC 204 02), CC 201 16 (CC 204 03), CC 201 37 (CC 204 04), CC 201 32 (CC 204 05), CC 201 06 (CC 204 06), dan CC 201 12 (CC 204 07).
     
     CC 201 05 (CC 201 77 04) 

    CC 201 generasi II

     CC 201 generasi II didatangkan tahun 1983-1984 berjumlah 34 unit. Untuk mengenalinya sangat mudah. Ciri-cirinya sama seperti CC 201 generasi I, namun pada jaring radiatornya berukuran kecil. Bentuk kaca depan berbentuk persegi dengan ujung-ujungnya yang lancip. Loko ini pada awalnya juga tidak memiliki lampu kabut. Namun sejak lokomotif ini mengalami PA (Pemeriksaan Akhir) pada tahun 2010-2011, semua unit (kecuali CC 201 48) telah dipasangi lampu kabut.
    Dahulu di antara loko-loko generasi II ini ada lokomotif yang cukup unik, salah satunya CC 201 56 milik Dipo Induk PWT. Keunikannya: pada bagian depannya (short hood) memiliki bentuk yang berbeda dibandingkan dengan CC 201 lainnya. Kotak pasirnya lebih pendek dari yang biasanya dan kaca depannya memanjang ke bawah. Bagian dalamnya juga unik karena hanya terdapat satu meja layanan sehingga kabin masinis pun menjadi lebih luas. Hal yang melatarbelakangi perbedaan tampilan dari loko ini karena dahulu CC 201 56 pernah menabrak stoomwalls sehingga mengakibatkan loko ini ringsek parah dan sulit mengembalikannya seperti bentuk semula. Untuk memperbaikinya, Balai Yasa Pengok menyiasatinya dengan cara melepas satu meja layanan, memendekkan kotak pasir, dan memenjangkan 2 kaca kebawah. Karena bentuknya yang aneh ini, para railfans sering menyebutnya “Loko Donald Bebek (Ducky Locomotive)”. Sebelumnya CC 201 47 milik Dipo Sidotopo (dulu Dipo Yogyakarta), CC 201 76R milik Dipo Medan (dulu Dipo Jatinegara), CC 201 19 milik Dipo Sidotopo & CC 201 06 (sekarang CC 204 06) milik Dipo Yogyakarta juga mempunyai bentuk yang sama seperti CC 201 56, namun sekarang bentuk keempat lokomotif tersebut sudah kembali normal seperti layaknya CC 201 lainnya setelah menjalani PA di Balai Yasa Pengok, Yogyakarta.

    Ada juga kelas CC 201 generasi kedua yang diyakini misterius. CC 201 45 (CC 201 83 07) adalah lokomotif milik Dipo Induk Yogyakarta (YK) yang terkenal akan daya mistiknya dan salah satu lokomotif paling keramat di Indonesia.
    Lokomotif CC 201 45 terkenal karena sering terjadi peristiwa aneh dengan lokomotif tersebut. Sejak didatangkan, CC 201 45 sudah sering dicap sebagai loko yang bermasalah. Walaupun hasil tes menunjukkan tidak ada problem pada CC 201 45, namun sering terjadi kecelakaan atau kerusakan saat dioperasikan tanpa penjelasan yang jelas. CC 201 45 semula ditugaskan untuk menarik rangkaian ke arah timur. Pernah suatu ketika saat lokomotif itu berdinas menarik KA Bima dan KA tersebut mengalami tabrakan. Setelah diperbaiki, lokomotif ini berdinas KA Bima dan mengalami tabrakan lagi. Ia harus masuk kembali ke Balai Yasa Pengok, Yogyakarta, dan setelah selesai perbaikan, jabatannya diturunkan untuk menarik rangkaian kelas bisnis saja yaitu Jayabaya. Tetapi CC 201 45 sekali lagi mengalami tabrakan. Frekuensi tabrakan sesama kereta atau dengan kendaraan bermotor yang dialami CC 201 45 cukup sering, di samping kejadian aneh yang dialami para teknisi yang memperbaiki lok ini pasca tabrakan.
    Sesuai prosedur, setelah diperbaiki di Balai Yasa Pengok, CC 201 45 diuji secara statis untuk diperiksa kelengkapannya. Setelah semuanya beres, loko diuji secara dinamis di jalur tes di depan kompleks Balai Yasa. Saat dipacu dengan kecepatan tinggi, mendadak rem gagal berfungsi, sehingga lokomotif melaju terus dan menghantam dinding beton pembatas jalur tes. Sekali lagi CC 201 45 mengalami kerusakan dan harus diperbaiki.

    Merasa kebingungan dengan CC 201 45, teknisi Balai Yasa yaitu Panut dan Suroso merasa perlu untuk memanggil tenaga ahli GE langsung dari Amerika. Saat sedang memeriksa CC 201 45, tenaga ahli GE itu bercerita bahwa saat proses pembuatan loko yang satu ini memang sudah bermasalah karena banyak terjadi kecelakaan kerja. Akhirnya para teknisi memutuskan, selain diperbaiki secara material, CC 201 45 juga diperbaiki secara spiritual. Sesuai adat orang Jawa, para teknisi Balai Yasa Pengok sepakat meruwat (ritual membuang sial) loko ini. Caranya dengan mengadakan selamatan dan memasang sepasang tapal kuda bekas di kedua ujung bemper CC 201 45. Kemudian memberikan beberapa gram emas dan menyepuh bagian samping bawah lok dengan lapisan krom sehingga terlihat mengkilat.
    Anehnya setelah ritual ini CC 201 45 tidak pernah mengalami kecelakaan lagi. Ruwatan yang dilakukan oleh teknisi Balai Yasa berhasil menghilangkan nasib sial loko ini. Sekarang CC 201 45 ditempatkan di Dipo Lokomotif Yogyakarta, dan dengan mudah dikenali lewat ciri khasnya sebagai loko dengan sisi yang dilapisi besi mengkilat, dan di bagian depannya di bawah hidungnya, terdapat kotak dengan lubang di dalamnya yang bernama Multiple Unit Box Port yang berguna untuk sambungan kabel traksi, namun sudah dihilangkan.[1] Selain itu, plat nomor di bempernya kini dihilangkan.

    Sesuai prosedur, setelah diperbaiki di Balai Yasa Pengok, CC 201 45 diuji secara statis untuk diperiksa kelengkapannya. Setelah semuanya beres, loko diuji secara dinamis di jalur tes di depan kompleks Balai Yasa. Saat dipacu dengan kecepatan tinggi, mendadak rem gagal berfungsi, sehingga lokomotif melaju terus dan menghantam dinding beton pembatas jalur tes. Sekali lagi CC 201 45 mengalami kerusakan dan harus diperbaiki.

    Merasa kebingungan dengan CC 201 45, teknisi Balai Yasa yaitu Panut dan Suroso merasa perlu untuk memanggil tenaga ahli GE langsung dari Amerika. Saat sedang memeriksa CC 201 45, tenaga ahli GE itu bercerita bahwa saat proses pembuatan loko yang satu ini memang sudah bermasalah karena banyak terjadi kecelakaan kerja. Akhirnya para teknisi memutuskan, selain diperbaiki secara material, CC 201 45 juga diperbaiki secara spiritual. Sesuai adat orang Jawa, para teknisi Balai Yasa Pengok sepakat meruwat (ritual membuang sial) loko ini. Caranya dengan mengadakan selamatan dan memasang sepasang tapal kuda bekas di kedua ujung bemper CC 201 45. Kemudian memberikan beberapa gram emas dan menyepuh bagian samping bawah lok dengan lapisan krom sehingga terlihat mengkilat.
    Anehnya setelah ritual ini CC 201 45 tidak pernah mengalami kecelakaan lagi. Ruwatan yang dilakukan oleh teknisi Balai Yasa berhasil menghilangkan nasib sial loko ini. Sekarang CC 201 45 ditempatkan di Dipo Lokomotif Yogyakarta, dan dengan mudah dikenali lewat ciri khasnya sebagai loko dengan sisi yang dilapisi besi mengkilat, dan di bagian depannya di bawah hidungnya, terdapat kotak dengan lubang di dalamnya yang bernama Multiple Unit Box Port yang berguna untuk sambungan kabel traksi, namun sudah dihilangkan.[1] Selain itu, plat nomor di bempernya kini dihilangkan.
     
     Berkas:ID diesel loco CC 201-47 050711 9284 krgdl.jpg
     

    CC 201 generasi III

     Didatangkan pada tahun 1992 sebanyak 20 buah. Untuk CC 201 91 sampai 110 terdapat di Jawa. CC 201 98 yang sebelumnya milik Dipo Lokomotif BD kini telah dimutasi ke Kertapati (KPT), Palembang untuk memenuhi kebutuhan angkutan penumpang dan barang di sana, dan kini sudah afkir karena mengalami kecelakaan hebat yang membuat lokomotif itu terguling dan terbakar. Sedangkan CC 201 101 dan CC 201 102 yang sebelumnya berada di Jawa dan sempat dimutasi ke Sumatera, sudah kembali lagi ke Jawa.
    Ciri-ciri CC 201 generasi ini, yaitu terdapat lampu kabut di bawah kotak pasir di atas bemper seperti halnya lokomotif CC 203/CC 204. Selain itu, bentuk sudut-sudut kaca lokomotif ini agak bulat, berbeda dengan CC 201 generasi sebelumnya yang kaca depannya berbentuk kotak. Hal inilah yang membuat CC 201 generasi ini terlihat sangat berbeda dengan jenis yang sebelumnya sehingga mudah untuk dikenali. Sementara untuk komponen mesin, performa, maupun kecepatannya, sama dengan CC 201 lainnya. Namun, sejak mengalami pemeliharaan akhir maupun peristiwa luar biasa hebat, beberapa lokomotif CC 201 generasi ketiga ini kaca depannya sudah berbentuk agak kotak, seperti CC 201 95, CC 201 97, CC 201 99, CC 201 102, dan beberapa lok lainnya.
    Ada salah satu kelas lokomotif CC 201 generasi ketiga, yakni lokomotif CC 201 91 yang dikenal sering mengalami perpindahan mutasi. CC201 91 kini dalam kepemilikan Dipo Lokomotif Jember dan merupakan lokomotif CC201 pertama yang dimiliki oleh Daerah Operasi IX Jember. Sejarahnya, loko ini hanya tiga kali mengalami perpindahan pemilikan. Kali pertama datang langsung menjadi milik Dipo Bandung (BD), lalu dikirim ke Dipo Sidotopo (SDT), dan terakhir dipindah ke Jember.[2]
    CC 201 96 (CC 201 92 06) yang sebelumnya milik Dipo Lokomotif BD kini telah dimutasi ke Medan (MDN), Sumatera Utara, untuk memenuhi kebutuhan angkutan penumpang dan barang di sana
  •  CC 201 107 (CC 201 92 17)
     


    CC 201 Rehab (Eks BB 203)

    Lokomotif jenis ini bukan merupakan CC 201 asli, melainkan hasil rehabilitasi dan perbaikan dari lokomotif BB 203 yang dimulai sejak tahun 1989.
    Bentuk, ukuran, dan komponen utama lokomotif ini sama seperti lokomotif CC 201, yang membedakan adalah susunan gandarnya. Jika lokomotif CC 201 bergandar Co’Co’, yakni setiap bogie-nya memiliki tiga gandar penggerak, lokomotif BB 203 bergandar (A1A)(A1A), di mana setiap bogie-nya juga memiliki tiga gandar, tetapi hanya dua gandar dalam setiap bogie-nya yang digunakan sebagai gandar penggerak. Jika lokomotif CC 201 memiliki enam motor traksi, lokomotif BB 203 hanya memiliki empat motor traksi dan hanya berdaya 1.500 hp, lebih rendah daripada CC 201 asli (1.950 hp).
    Dahulu, di Dipo Induk SMC, semua lokomotif CC 201-nya adalah hasil rehab dari BB 203. Begitu juga dengan CC 201 yang ada di Sumatera. Di Dipo Induk KPT dan TNK, semua lokomotif CC 201-nya juga merupakan hasil rehab dari BB 203, kecuali CC 201 48 dan CC 201 98 (afkir) yang merupakan CC 201 asli pindahan dari Jawa.
    Untuk ciri-cirinya, lokomotif ini hampir sama dengan CC 201 generasi II, meskipun beberapa (misal, CC 201 134R) seperti CC 201 generasi I. Yang membedakannya, yaitu pada nomor serinya ditambahkan kode “R” di belakang nomor seri tersebut. Misalnya, CC 201 77R, kode “R” di sini menandakan bahwa lokomotif tersebut merupakan lokomotif hasil rehab dari BB 203.
    Pengecualian untuk CC201 berkode “R” pada seri di bawah 70. CC 201 di bawah 70 yang memakai kode “R” (misal: CC 201 01R, 14R, 18R, dan 26R) merupakan lokomotif asli CC 201. Kode “R” tersebut bukan berarti lokomotif itu adalah hasil rehab dari BB 203. Hal itu menandakan bahwa lokomotif tersebut telah dilakukan overhaul dan telah diperbaiki segala komponennya agar lokomotif tersebut dapat ditingkatkan kecepatannya dan mampu bertahan hingga puluhan tahun kemudian.
     CC 201 134R
     

    CC 201 dengan kabin modifikasi

     Umumnya lokomotif CC 201 di Jawa memiliki bentuk seperti BB 203, namun tidak untuk di Sumatera Selatan (Divre III). Beberapa lokomotif CC 201 di sana memiliki bentuk yang sangat mirip dengan CC 203 di Jawa.
    Modifikasi ini dikarenakan Divre III Sumsel tidak mempunyai unit CC203; sehingga Balai Yasa Lahat mengubah kabin dari aslinya secara bertahap dari 1994-2001. Modifikasi hidung miring yang terilhami dari CC 203, juga bertujuan mengurangi hambatan angin untuk meningkatkan kecepatan. Namun tujuan peningkatan ini terasa percuma karena kecepatan kereta api Babaranjang (batu bara rangkaian panjang) saat ini dibatasi maksimal 80 km/jam
    Modifikasi ini pun dirasakan sedikit menyulitkan masinis. Karena kabin yang sempit dan kaca depan terlalu tinggi, masinis terpaksa mendongak atau mengganjal tempat duduknya ketika sedang menjalankan lokomotif. CC 201 hidung miring di dipo lokomotif Tanjung Karang seluruhnya dipergunakan untuk lokomotif bantuan KA Babaranjang dari Sukamenanti ke Tanjungkarang dan lok posko,dan jarang menarik kereta penumpang. Sedangkan lokomotif CC 201 hidung miring di Dipo Induk Lokomotif Kertapati seluruhnya dioperasikan untuk kereta penumpang dan barang, seperti Sriwijaya, Sindang Marga, Serelo, Rajabasa, KA BBM, KA Batubara Kertapati, KA Klinker, dan KA Batubara Ninja.
    Ada enam unit CC 201 yang memiliki eksterior seperti CC 203, yaitu CC 201 86R, 111R, 120R, 129R, 130R, dan 137R. Dua unit CC 201 dengan kabin modifikasi yang sebelumnya milik TNK (CC 201 129R dan 130R) telah dimutasi ke pulau Jawa dan menjadi milik Dipo Induk Sidotopo, Surabaya. Dibandingkan CC 201 hidung miring lainnya, CC201 129R dan 130R yang telah memakai logo dan striping PT KAI terbaru lebih mirip dengan CC 203, bahkan hampir sulit membedakannya kecuali dari bunyi klaksonnya. Namun dari semua CC201 hidung miring yang ada, yang bentuk kabinnya paling mirip dengan CC203 adalah CC 201 120R dan 129R, meskipun CC 201 129R lebih sulit dibedakan karena menggunakan livery putih seperti lokomotif CC 203 yang ada di Jawa.

    Di Indonesia, saat ini ada 130 lokomotif CC 201 yang masih beroperasi dari 144 pada awalnya. 7 unit rusak dan 7 unit dijadikan CC 204. Terdiri dari:
    92 lokomotif CC 201 asli
  • 28 lokomotif kedatangan tahun 1977
  • 10 lokomotif kedatangan tahun 1978
  • 34 lokomotif kedatangan tahun 1983
  • 20 lokomotif kedatangan tahun 1992
          52 lokomotif CC 201 modifikasi BB 203
  • 18 lokomotif modifikasi tahun 1989
  • 2 lokomotif modifikasi tahun 1993
  • 2 lokomotif modifikasi tahun 1999
  • 7 lokomotif modifikasi tahun 2004
Sisanya belum diketahui pasti tahun modifikasinya, namun pada plat nomornya tertulis    "CC        201 83 xx" :Lokomotif CC 201 hampir terdapat di semua dipo induk,
 
 
 
 
 CC 201 129R (CC 201 83 48)


GE U18C - CC201 129R
 
 CC 201 86R
 
  • CC202 (EMD G26MC-2U) 
  • Lokomotif CC 202 adalah lokomotif milik PT Kereta Api Indonesia di Sumatera Selatan, buatan Electro-Motive Diesel, Inc., Kanada bernomor model EMD G26MC-2U. Lokomotif CC202 adalah salah satu lokomotif terberat di Indonesia yaitu 108 ton dan merupakan "saudara" lokomotif EMD SD38-2 di Amerika yang juga memiliki 6 gandar dengan bogie tipe HT-C (High-Traction C) dan mesin 2.000 hp (1.500 kW) Roots blower / Supercharger EMD 16-645E (berbeda dari EMD SD40-2 yang menggunakan mesin 3.000 hp (2.240 kW) turbocharged EMD 16-645E) dan "kakak" dari lokomotif CC 205. Berikut ini makna G26MC-2U:
  • G = desain standar roadswitcher EMD untuk pasar ekspor di luar Amerika;
  • 26 = mesin EMD seri 645E yang memiliki 16 silinder
  • M = lightweight frame untuk lokomotif narrow gauge
  • C = memiliki 6 gandar yang disusun Co-Co
  • -2 = sistem elektronik Dash-2
  • U = Universal - memiliki dimensi motor traksi yang bisa digunakan untuk lebar sepur sempit.
    Lokomotif CC 202 digunakan untuk menarik kereta api barang terutama batu bara atau pulp. Tetapi tidak jarang lokomotif ini juga digunakan untuk menarik kereta api penumpang. Armada lokomotif ini hanya terdapat di Sumatera Selatan. Lokomotif ini berjumlah 48 buah dan berada di Dipo Lokomotif Tanjung Karang. Pada bulan April 2008, dipo ini kedatangan 9 buah lokomotif CC 202, dan total saat ini menjadi 48 buah.
    Lokomotif ini berdaya mesin sebesar 2.000 hp dengan susunan gandar lokomotif ini adalah Co'Co'. Artinya, lokomotif ini memiliki dua bogie di mana setiap bogie-nya memiliki tiga gandar penggerak. Lokomotif ini pada awalnya didatangkan pada masa PJKA yakni sekitar tahun 1986 dan dibeli langsung dari Divisi Electro-Motive General Motors, Amerika Serikat. Pada generasi awal, CC 202 datang dengan jumlah 15 buah dan langsung ditugaskan untuk kereta api Babaranjang. Pada awal operasionalnya lokomotif ini menarik 50-60 gerbong Babaranjang namun dikurangi hingga 40 gerbong karena alasan mesin. Kemudian pada tahun 1990 dan 1995 diimpor lagi CC 202 berjumlah 18 buah. Kemudian dilanjutkan tahun 2001 sebanyak 4 buah. Lalu tahun 2002 sebanyak 2 buah dan terakhir tahun 2008 sebanyak 9 buah lokomotif dari EMD.
    Mesin CC 202 adalah EMD 16-645E dengan 16 silinder yang dilengkapi supercharger atau disebut juga Roots blower. Jenis lokomotif ini adalah satu-satunya yang memiliki mesin V16 di Indonesia. Mesin EMD seri 645 adalah mesin terhandal yang pernah dibuat oleh EMD. Dari tahun 1964 hingga 2011, mesin EMD 645 tetap dibuat walau sekarang hanya terbatas permintaan konsumen. Mesin 16-645E pun menjadi mesin terlaris EMD semenjak diluncurkannya lokomotif EMD SD40 (dengan mesin turbocharged EMD 16-645E3) pada Juli 1964 (pada lokomotif EMDX 434 yang kemudian menjadi Illinois Central Gulf 6071/Illinois Central 6071) yang sangat handal, bandel, dan awet. Hal ini terbukti dengan masih kuatnya CC202 menarik 47 gerbong Babaranjang dengan kecepatan maksimal 80 km/jam.

    Sejak 1986 hingga sekarang, terdapat 47 unit lokomotif CC 202 yang masih beroperasi. Satu unit lokomotif, CC 202 16 (CC 202 90 01), kini sudah afkir pasca peristiwa luar biasa hebat (PLH) dengan lokomotif CC 201 89 11 (CC 201 83R) di Sumatera Selatan.
    Berikut ini daftar alokasi lokomotif CC 202.

    Dipo Induk Lokomotif Lokomotif
    Tanjung Karang (TNK) CC 202 01 (no. baru: CC 202 86 01) - CC 202 15 (no. baru: CC 202 86 15)
    CC 202 17 (no. baru: CC 202 90 02) - CC 202 30 (no. baru: CC 202 90 15)
    CC 202 31 (no. baru: CC 202 95 01) - CC 202 33 (no. baru: CC 202 95 03)
    CC 202 34 (no. baru: CC 202 01 01) - CC 202 37 (no. baru: CC 202 01 04)
    CC 202 38 (no. baru: CC 202 02 01) - CC 202 39 (no. baru: CC 202 02 02)
    CC 202 40 (no. baru: CC 202 08 01) - CC 202 48 (no. baru: CC 202 08 09)
     
     
  • CC203 (GE U20C)
  • Lokomotif CC 203 adalah lokomotif diesel elektrik milik PT Kereta Api Indonesia yang diproduksi oleh General Electric Transportation dan PT GE Lokomotif Indonesia dengan nomor model U20C. Menurut Ir. Hartono, A.S., M.M., dosen STTD Bekasi, dalam komentarnya di Majalah KA edisi Mei 2014, lokomotif ini adalah "lokomotif hasil pengembangan desain dari lokomotif CC 201" dari segi data teknis, namun pada bentuk kabin masinis ujung pendeknya yang aerodinamis, serta diperlebar untuk kenyamanan dan mengurangi penumpang liar.[1]
    Lokomotif ini bergandar Co'Co'. Artinya adalah lokomotif dengan dua bogie yang mempunyai tiga poros/gandar penggerak yang masing-masing digerakkan oleh motor traksi tersendiri.
    Yang membedakan adalah lokomotif CC 203 menggunakan motor diesel dengan dua tingkat Turbocharger sehingga dayanya mesinnya 2.150 hp.
    Untuk menyambut peluncuran KA kelas Argo yang masih baru pada tahun 1995, Perumka (nama PT KAI saat itu) mendatangkan lokomotif ini, sebagai penerus dari CC 201 dan dikhususkan sebagai penarik kereta ekspres, langsung dari Amerika Serikat sebanyak 12 unit. Pada awal operasi tahun 1995, lokomotif CC 203 menjadi andalan untuk menarik KA penumpang kelas eksekutif full di Jawa.
    Launching (peluncuran) perdana lokomotif CC 203 saat itu bersamaan dengan peresmian kereta api Argo Bromo dan Argo Gede di Stasiun Gambir, Jakarta. Jarang sekali CC 203 berdinas menarik KA ekonomi apalagi KA barang. Karena itu, alokasi persebaran lokomotif CC 203 hanya di depot lokomotif yang melayani KA-KA komersial/eksekutif argo/satwa. Depot lokomotif yang mendapat alokasi CC 203 yaitu Jatinegara, Bandung, Cirebon, Semarang Poncol, Yogyakarta, Sidotopo. Depot lokomotif Jember, Madiun dan Purwokerto mendapat alokasi dari ex depot lokomotif Sidotopo, Bandung dan Semarang Poncol meskipun jumlah lokomotif CC 203 yang ada di Jawa berjumlah 37 unit. Lokomotif ini juga merupakan lokomotif pertama buatan Indonesia (PT INKA bekerja sama dengan General Electric), karena lokomotif CC 203 13-41 diproduksi di pabrik PT INKA di Madiun.
    Berbeda di Jawa, alokasi lokomotif CC 203 juga bisa dijumpai di wilayah operasional Divisi Regional 3 Sumatera Selatan, tepatnya di Subdivre 3.2 Tanjungkarang. Sebanyak 4 unit CC 203 yang beroperasi namun khusus untuk melayani dinasan KA pulp & kayu karena memang sarananya milik PT Tanjung Enim Lestari Pulp and Paper (PT TEL). Namun saat ini CC 203 di Divre 3 kondisinya telah memprihatinkan dan terancam tidak bisa berdinas lagi (karena pada awal pengoperasiannya loko ini selalu diforsir), bahkan KA pulp PT TEL sekarang lebih sering ditarik lokomotif CC 204 atau CC 202 yang lebih handal untuk angkutan barang.
    Hadirnya lokomotif CC 204 ternyata menggeser keberadaan CC 203 selama ini, sebagai penarik kereta ekspres. Namun, sejak dimutasinya semua lokomotif CC 204, peran CC 203 pun tergusur dengan lokomotif CC 206 yang memiliki dua kabin masinis. Maka, saat ini CC 203 hanya menarik kereta-kereta bisnis, campuran, dan ekonomi jarak jauh dan jarang menarik kereta eksekutif karena perannya telah tergantikan oleh CC 206.
    CC 203 menggunakan mesin yang sama dengan CC 201, yaitu GE 7FDL-8. Desain kabin yang aerodinamis dibuat di Goninan Locomotive Work (kini UGL Rail) di Australia dengan desain dari General Electric. Sekarang kabin juga dibuat di PT INKA untuk keperluan perbaikan dan restorasi.
    Pada dasawarsa 2000-an, lokomotif ini sempat dipasangi semacam topi yang kemungkinan merupakan kotak AC, namun akhirnya dihilangkan. Sejumlah foto-foto lawas CC203 semasa menggunakan livery Departemen Perhubungan banyak yang memperlihatkan lokomotif yang masih dipasangi kotak AC tersebut. Selain itu, kecuali CC 203 31 - CC 203 34, dulu terdapat logo Kementerian Perhubungan di bagian depan/shorthood-nya yang merupakan ciri khas yang mencolok pada lokomotif ini sebab pembuatan lokomotif ini selain didanai oleh perusahaan General Electric sendiri juga dibantu dengan dana dari pemerintah melalui Kementerian Perhubungan. Namun sekarang semua unit lokomotif ini menggunakan logo PT KAI terbaru sekaligus skema livery baru, tanpa menggunakan lagi logo tersebut. Untuk CC 203 31 - CC 203 34 menggunakan striping khas PT TEL sebagai pemilik lokomotif tersebut, yaitu hijau.
    Indonesia membuat lokomotif ini sejak tahun 1995-2000. Terdiri dari empat generasi, yaitu:
  • CC 203 generasi I (produksi 1995, nomor 01-12, buatan GE Transportation, Amerika Serikat)
  • CC 203 generasi II (produksi 1997-1998, nomor 13-30)
  • CC 203 generasi III (produksi 1999-2000, nomor 31-37)
  • CC 203 generasi IV (produksi 2000, nomor 38-41)

    Unit lokomotif yang unik

     CC 203 40
    Lokomotif CC 203 40 sebelumnya sama seperti lokomotif CC 203 yang lainnya, loko ini mengalami kecelakaan saat menarik KA Argo Bromo Anggrek di Pemalang 2 Oktober 2010 silam. Anehnya, setelah menabrak dan menyebabkan satu unit kereta kelas bisnis KA Senja Utama Semarang hancur, lokomotif ini hanya mengalami kerusakan ringan, lampu-lampunya pecah dan catnya mengelupas. Setelah diperbaiki di Balai Yasa Yogyakarta, lokomotif ini mengalami perubahan pada cowcatchernya, yaitu pada bagian bawahnya sedikit menyembul ke depan berbentuk segitiga. Sekarang lokomotif ini sudah menggunakan cowcatcher sekop sama seperti CC 206. Lokomotif ini dapat dijumpai di Depot Lokomotif Sidotopo Surabaya atau sedang menarik rangkaian kereta api yang memiliki tujuan dari atau ke Kota Surabaya, seperti KA Rapih Dhoho, KA Penataran, KA Bima, KA Argo Bromo Anggrek, dan KA lainnya.
    CC 203 06 dan CC 203 11
    Jika kabin masinis kedua lokomotif ini diamati di bagian depan, bagian tengah kabin sedikit tertekuk ke luar (ke depan), sehingga kedua lokomotif ini seolah-olah mempunyai ekspresi wajah sedih atau murung, karena jendela kabin dan bagian lainnya menyerupai wajah seseorang yang sedih/murung. Pada awalnya hanya CC 203 06 yang mempunyai karakteristik wajah (kabin masinis) seperti ini, sedangkan CC 203 11 masih mempunyai wajah (kabin masinis) yang normal. Namun setelah mengalami kecelakaan kereta api di Langen 28 Januari 2011 silam, kabin masinis lokomotif CC 203 11 rusak parah dan diperbaiki di Balai Yasa Pengok, Yogyakarta. Setelah selesai perbaikan di sana, barulah CC 203 11 mempunyai bentuk kabin masinis yang mempunyai kesan wajah sedih atau murung ini. Lokomotif CC 203 06 dapat dijumpai di Depot Lokomotif Bandung atau sedang menarik rangkaian kereta api yang memiliki tujuan dari atau ke Kota Bandung. Sedangkan lokomotif CC 203 11 dapat dijumpai di Depot Lokomotif Madiun atau sedang menarik rangkaian kereta api yang memiliki tujuan dari atau ke Kota Madiun
    .
    CC 203 01, CC 203 02, CC 203 05, CC 203 07, CC 203 09, CC 203 13, CC 203 14, CC 203 15, & CC 203 19
    Jika diamati sekilas, lok-lok CC 203 ini tidak tampak perbedaannya. Namun setelah didekati, ukuran pintu di bawah kaca kabin masinis itu berbeda. Sebelah kiri memiliki ukuran yang lebih besar daripada yang kanan.
    CC 203 31, CC 203 32, CC 203 33R, & CC 203 34
     Keempat lokomotif CC203 yang dialokasikan untuk depot lokomotif Tanjung Karang ini memiliki livery yang berwarna hijau dengan motif khas dari PT Tanjung Enim Lestari selaku pemilik keempatnya, sehingga sangat mencolok perbedaannya jika dibandingkan seluruh lokomotif CC 203 berwarna putih yang berada di Jawa. Khusus untuk CC203 33R merupakan satu-satunya lokomotif CC 203 yang menyandang kode R dikarenakan kereta api pulp terguling pada tahun 2007 yang mengharuskan lokomotif ini diperbaiki di Balai Yasa Lahat.[2]
     
  • Sampai saat ini jumlahnya adalah 37 unit di Jawa dan 4 unit di Lampung.
  •  
  •  
  •  
  •  CC 203 37 (CC 203 01 07
  • Lokomotif CC203
  • CC204 (GE C18MMi dan GE C20EMP)
  • Lokomotif CC 204 adalah lokomotif diesel elektrik milik PT Kereta Api Indonesia. Lokomotif ini dirakit khusus untuk PT KAI oleh PT Industri Kereta Api (Persero), Madiun dengan lisensi dari General Electric Transportation. Lokomotif kelas ini terbagi menjadi dua seri, yaitu CC 204 seri pertama yang merupakan model GE C18MMi dengan short hood spartan (seperti CC 201), dan CC 204 seri kedua yang merupakan model GE C20EMP dengan hidung aerodinamis (seperti CC 203).
    Kedua seri sama-sama bergandar Co'Co'. Artinya adalah lokomotif dengan dua bogie yang mempunyai tiga poros penggerak yang masing-masing digerakkan oleh motor traksi tersendiri. Lokomotif ini mempunyai komponen komputer BrightStar Sirius™ yang dikembangkan oleh General Electric sehingga lokomotif jenis ini mampu memitigasi kerusakan sekitar 45 menit sebelum kerusakan itu terjadi.
    Kini mayoritas lokomotif ini terletak di Depot Lokomotif Kertapati, Palembang. Lokomotif CC 204 08 dan seterusnya dibeli oleh PT Kereta Api Indonesia senilai Rp 20 miliar. Lokomotif ini memiliki daya tarik hingga 12 gerbong kereta penumpang, 35 gerbong datar (GD/PPCW), 40 gerbong batubara ringan (GB/KKBW 30 ton), 20 gerbong Babaranjang (GB/KKBW 50 ton), 25 gerbong ketel minyak (GK/KKW) dan 36 gerbong tertutup (GT/GGW). Kecepatan maksimal lokomotif ini adalah 120 km/jam (tanpa rangkaian), namun diizinkan hingga 90 km/jam (kereta penumpang), dan 50 km/jam (kereta barang).
    Lokomotif CC 204 seri pertama adalah lokomotif diesel elektrik model C18MMi dengan transmisi daya elektrik AC-DC. Lokomotif merupakan hasil rehabilitasi dan modernisasi dari lokomotif CC 201 yang dilakukan pada tahun 2003 dan 2005, yang dilakukan di Balai Yasa Yogyakarta.Ukuran utama, bagian rangka dasar, bogie, dan body sama dengan lokomotif CC 201 generasi I.
    Berikut ini adalah daftar lokomotif CC 201 yang dimodifikasi menjadi lokomotif CC 204:[1]

    CC 201 CC 204 Nomor baru Tanggal dinas Depot induk
    03 01 CC 204 03 01 4 Juli 2003 Yogyakarta (Yk)
    11 02 CC 204 03 02 26 September 2003
    16 03 CC 204 03 03 16 Oktober 2003
    37 04 CC 204 03 04 30 Desember 2003
    32 05 CC 204 03 05 Agustus–September 2005
    06 06 CC 204 03 06
    12 07 CC 204 03 07
     Lokomotif CC 204 seri kedua merupakan lokomotif baru dengan model C20EMP yang mulai dioperasikan sejak tahun 2008, meskipun diperkenalkan sejak 2006. Bentuk kabin lokomotif ini sama dengan bentuk lokomotif CC 203. Kode yang digunakan untuk CC 204 produksi kedua adalah C20EMP. Komponen lain seperti mesin diesel, motor traksi, bogie, dan seterusnya sama dengan lokomotif CC 204 sebelumnya. Berikut ini adalah perubahan plat nomor untuk CC 204 dari masa ke masa

    Nomor lama Nomor baru I Nomor baru II (sebelum dimutasi)
    CC 204 08 CC 204 08 01 CC 204 06 01
    CC 204 09 CC 204 08 02 CC 204 06 02
    CC 204 10 CC 204 08 03 CC 204 07 01
    CC 204 11 CC 204 08 04 CC 204 07 02
    CC 204 12 CC 204 08 05 CC 204 08 01
    CC 204 13 CC 204 08 06 CC 204 08 02
    CC 204 14 CC 204 08 07 CC 204 09 01
    CC 204 15 CC 204 08 08 CC 204 09 02
    CC 204 16 CC 204 08 09 CC 204 09 03
    CC 204 17 CC 204 08 10 CC 204 09 04

    Dahulu, saat lokomotif CC 204 diluncurkan pertama kali dan berkarier di Jawa, CC 204 generasi ke-2 mudah dikenali karena tidak adanya logo Kemenhub di bagian depannya, karena sebagai penanda bahwa lokomotif CC 204 adalah lok milik PT KAI yang pendanaannya telah lepas dari Kementerian Perhubungan. Berbeda dengan CC 203, CC 203 menggunakan logo Kemenhub di bagian depannya karena lok tersebut juga dibantu dana pemerintah melalui Kemenhub. Seiring waktu berjalan, sebelum era logo dan striping baru 2011, beberapa lok CC 204 yang sempat menjalani pemeriksaan akhir (PA) atau semi pemeriksaan akhir (SPA) juga sempat diberi logo Kemenhub di bagian depannya. Namun saat KAI meluncurkan logo baru pada 2011, logo Kemenhub pun satu persatu mulai dihilangkan, dan berbagai jenis corak CC 204 pun bermunculan. Ada striping baru (CC 204 01-13) dan ada pula yang mempergunakan striping lama yang sudah diperkenalkan sejak 1995 tersebut, namun dengan berbagai variasi posisi, bentuk, dan ukuran logo. (Lihat galeri gambar)
    Akan tetapi, sejak seluruh CC 204 generasi ke-2 dimutasi ke Divre III Sumatera Selatan, satu persatu CC 204 baik itu berlogo Tomcat (logo kecil di bekas logo lama) ataupun striping baru dikembalikan livery-nya menjadi seperti bawaan pabrik (as delivered). Sejak Juli 2015, setiap lokomotif CC 204 yang menjalani PA atau SPA di Balai Yasa Lahat stripingnya akan memiliki logo di bawah kaca samping kabin masinis di atas plat nomornya.
     Sampai saat ini jumlah lokomotif CC 204 di Indonesia ialah 37 unit (7 unit di Jawa, 30 unit di Sumatera Selatan). Berikut daftar alokasi lokomotif CC 204 saat ini. Pada tahun 2016 dilakukan pengelompokan CC 204 versi GE C18MMi (generasi 1) di dipo induk Yogyakarta yang dampaknya CC 204 versi GE C18MMi di dipo induk Jatinegara dan Sidotopo dipindah ke dipo induk Yogyakarta.[2

    Depot Induk Lokomotif
    Yogyakarta (YK) CC 204 01 (no. baru: CC204 03 01) - CC 204 07 (no. baru: CC204 03 07)
    Kertapati (KPT) CC 204 08 (no. baru: CC 204 06 01) - CC 204 09 (no. baru: CC 204 06 02)
    CC 204 10 (no. baru: CC 204 07 01) - CC 204 11 (no. baru: CC 204 07 02)
    CC 204 12 (no. baru: CC 204 08 01) - CC 204 13 (no. baru: CC 204 08 02)
    CC 204 14 (no. baru: CC 204 09 01) - CC 204 17 (no. baru: CC 204 09 04)
    CC 204 18 (no. baru: CC 204 10 01) - CC 204 20 (no. baru: CC 204 10 03)
    CC 204 21 (no. baru: CC 204 11 01) - CC 204 37 (no. baru: CC 204 11 17)
    Lokomotif CC 204 adalah salah satu jenis lokomotif yang dibuat khusus di Indonesia, yaitu hasil kerjasama antara PT General Electric Lokomotif Indonesia dan Industri Kereta Api Madiun (INKA). Lokomotif ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu CC204 produksi pertama yg bentuknya seperti CC201,dan CC204 produksi kedua yang bentuknya seperti CC203
    • CC 204 01 - CC 204 07,dan CC 204 10 menggunakan logo PT KAI terbaru sekaligus striping baru. CC 204 08 - CC 204 37 menggunakan striping putih garis biru muda-biru tua (striping Kemenhub) setelah menjalani proses pemeriksaan akhir (PA) maupun semipemeriksaan akhir (SPA) di Balai Yasa Lahat.
    • Semua nomor baru lokomotif berdasarkan amanat Peraturan Menteri Perhubungan RI No. KM 45 tahun 2010.
     
     
     
     
     
  •  
  • CC205 (EMD GT38ACe)
  • Lokomotif CC 205 adalah lokomotif milik PT Kereta Api Indonesia (Persero) buatan Electro-Motive Diesel, Inc., Kanada. CC 205 adalah lokomotif terberat di Indonesia, yakni seberat 108 ton. Lokomotif ini dibeli untuk menggantikan beberapa tugas lokomotif CC 202 yang sudah berumur dan dalam hal ini 2 lokomotif CC 202 bisa diganti dengan 1 lokomotif CC 205. Lokomotif ini tiba di Indonesia, tepatnya di Lampung tanggal 26 September 2011, karena lokomotif ini hanya dikhususkan untuk menarik rangkaian kereta pengangkut batu bara (Babaranjang) di Divisi Regional III Palembang dan Divisi Regional IV Tanjungkarang. Lokomotif CC 205 merupakan salah satu lokomotif berteknologi modern di Indonesia. Ada total 55 unit lokomotif CC 205 yang beroperasi di Sumatera bagian selatan, dengan rincian 6 unit kedatangan tahun 2011, 44 unit kedatangan tahun 2013, dan 5 unit bonus kedatangan tahun 2014.Lokomotif ini memiliki nomor seri GT38ACe, yang berarti lokomotif ini bisa digunakan untuk keperluan penumpang atau barang dan memiliki mesin V8 turbo, motor AC dan berkonfigurasi Co'Co'. Berikut ini makna GT38ACe:
  • G = desain standar roadswitcher EMD untuk pasar ekspor di luar Amerika
  • T = mesin dilengkapi turbocharger
  • 38 = mesin EMD seri 710G yang memiliki 8 silinder
  • AC = motor traksi AC
  • e = dilengkapi sistem injeksi bahan bakar elektronis sehingga mesin bertenaga besar, efisien, dan emisi gas buang telah memenuhi persyaratan Enviromental Protection Agency (EPA) Tier-2.
 CC 205 menggunakan sistem operasi berbasis mikroprosesor tipe EM2000 yang mengendalikan seluruh fungsi sistem kerja lokomotif, yaitu pengendalian semua komponen yang merupakan subsistem, seperti motor diesel, alternator, motor traksi, kompresor, dst. Semua fungsi dan kerja akan direkam dan dapat diunduh ke laptop. Sistem juga dapat melakukan self diagnostic bila terjadi gangguan pada lokomotif yang akan direkam dan dapat ditampilkan pada layar monitor, sehingga dapat diketahui penyebab gangguannya. 
Mesin yang digunakan CC 205 adalah EMD 710, salah satu mesin paling handal setelah EMD 645 dan EMD 567. Mesin seri 710 ini juga digunakan di lokomotif EMD GP22ECO, SD22ECO, SD32ECO, dan lokomotif-lokomotif yang di re-power oleh EMD. Mesin ini tidak seperti mesin EMD 567, EMD 645, dan GE 7FDL karena mesin ini menggunakan teknologi EFI dan exhaust terbaru, sehingga lolos uji emisi EPA Tier-2 dan hemat diesel hingga 25%. Lokomotif ini bisa menarik sampai 40 gerbong babaranjang. 
 Pada tahun 2014, telah datang kembali 5 unit CC 205 di Pelabuhan Panjang, Lampung. 5 unit ini merupakan bonus yang didapatkan secara cuma-cuma oleh PT KAI dari pabrik EMD. Bonus ini adalah bentuk tanggung jawab EMD yang terlambat mengirim 44 unit CC 205 tahun 2013. Dengan demikian, lokomotif CC 205 sudah berjumlah 55 buah dan siap menarik kereta api Babaranjang. 

Saat ini seluruh 55 unit lokomotif CC 205 telah datang di Indonesia. Semua lokomotif CC 205 ditugaskan untuk menarik kereta api batu bara rangkaian panjang 60 gerbong. 
  • Semua lokomotif CC 205 sudah menggunakan penomoran terbaru pada sisi samping kabin masinisnya berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 45 Tahun 2010, serta tetap mempergunakan plat nomor lama di dekat lampu kabutnya.
  • Semua lokomotif CC 205 masih menggunakan livery Perumka, namun dengan logo PT KAI baru.
Berikut ini daftar alokasi lokomotif CC 205. 
Dipo induk Lokomotif
Tanjung Karang (TNK) CC 205 01 (CC 205 11 01) - CC 205 06 (CC 205 11 06)
CC 205 07 (CC 205 13 01) - CC 205 50 (CC 205 13 44)
CC 205 51 (CC 205 14 01) - CC 205 55 (CC 205 14 05) 
 
 
 
 Berkas:Cc205.JPG

 Lokomotif CC 206 adalah lokomotif diesel elektrik terbaru milik PT Kereta Api Indonesia (Persero) buatan General Electric Transportation, Amerika Serikat. Lokomotif ini memiliki 2 bogie dengan konfigurasi C-C (Co'Co'), yaitu 3 buah roda penggerak di setiap bogie-nya. Perbedaan dengan lokomotif diesel elektrik GE lainnya dengan jenis yang sama adalah lokomotif ini memiliki 2 kabin masinis di ujung muka dan belakang seperti halnya lokomotif di Eropa pada umumnya. Lokomotif CC 206 diperuntukkan untuk angkutan barang dan penumpang di Pulau Jawa, sedangkan di Sumatera Selatan lokomotif ini diperuntukkan khusus untuk angkutan barang. Lokomotif CC 206 lebih canggih dibandingkan lokomotif GE sebelumnya, dengan tenaga lebih besar dan tingkat emisi gas buang lebih rendah. Mengingat berat lokomotif ini 90 ton dengan beban gandar sebesar 15 ton, maka jalur rel di Jawa juga disesuaikan untuk mengakomodir lokomotif ini.

Awal mula lokomotif berkabin ganda dapat dilacak dari keberadaan lokomotif-lokomotif yang sudah berumur seperti CC 200, BB 301, BB 304, dan BB 305 CFD. Namun, semua lokomotif itu sudah berumur lebih dari 30-40 tahun dan banyak dilakukan pengafkiran/perucatan terhadap lokomotif itu (apalagi CC 200 sudah berumur di atas 60 tahun dan seluruh BB 305 telah dirucat). Lokomotif berkabin ganda tersebut didesain agar tidak perlu diputar di pemutar rel (turntable) sebelum beroperasi menarik rangkaian kereta.
Pada dekade 2000-2010-an, ide muncul dalam diri perusahaan PT KAI, bagaimana jika PT KAI memiliki lokomotif yang kuat, berkabin ganda, dan dilengkapi teknologi komputer semacam GE BrightStarSirius yang sebelumnya ada pada lokomotif CC 204, juga memiliki layar display canggih karena meskipun telah terkomputerisasi, CC 204 belum memiliki layar display seperti CC 206. Selain itu, dengan berkabin ganda, lokomotif itu tidak perlu lagi diputar di atas pemutar rel.
Pengadaan CC 204 selama beberapa tahun terakhir juga kurang efisien, karena per tahunnya hanya sedikit lokomotif diproduksi tetapi kebutuhan lokomotif cukup banyak. Akhirnya, ide pemesanan lokomotif CC 206 ke General Electric muncul pada tahun 2010 untuk menambah jajaran armada PT KAI dan akan digunakan untuk angkutan barang di Pulau Jawa. Juga pemesanan lokomotif kali ini tidak sedikit-sedikit seperti CC 204, melainkan dengan jumlah banyak, menjadi rekor pemesanan lokomotif terbanyak PT KAI karena pengadaan lokomotif kali ini mendatangkan 100 unit dalam 1 tahun saja meskipun datang dalam beberapa generasi, tidak seperti CC 204 yang butuh waktu lebih dari 5 tahun sampai ke-37 unit lokomotif tersebut selesai diproduksi.
Untuk mewujudkan hal tersebut, pada tahun 2012 dipesanlah lokomotif CC 206 (CM20EMP) sebanyak 100 unit sekaligus ke General Electric Transportation tanpa bogie dengan nilai kontrak sebesar Rp4 triliun.[1] Bogie dirakit oleh PT Barata Indonesia (Persero). Sesudah sampai di pelabuhan Tanjung Priok, loko-loko itu diboyong ke Balai Yasa Yogyakarta untuk pasang bogie sebelum kemudian beroperasi mulai tahun 2013.[2] Pada tahun 2015, lokomotif CC 206 didatangkan lagi dengan jumlah 50 unit [3] dengan rincian seluruh 39 unit turun di Pelabuhan Tanjung Priok pada tahun 2015 dan 11 unit turun di Pelabuhan Tanjung Priok pada tahun 2016. 39 unit yang terdiri dari 28 unit lokomotif kedatangan 2015 dan seluruh 11 unit kedatangan 2016 kemudian dikapalkan ke Pelabuhan Panjang di provinsi Lampung.
Saat ini seluruh lokomotif CC206 telah berada di Indonesia dan digunakan untuk semua operasional kereta api barang dan penumpang ekspres di Indonesia. Dengan tibanya lokomotif CC 206 generasi kedua, maka akan ada 150 unit CC 206, yang jumlahnya melebihi CC201 (144 unit, 131 beroperasi, 7 dijadikan CC204, 6 rusak). 
 CC 206 dibuat saat PT KAI membutuhkan lokomotif double cabin, maka GE membuat lokomotif double cabin ini dengan desain yang mirip beberapa lokomotif GE baik itu di Indonesia maupun bukan. Desain kepala dan body CC 206 sangat mirip dengan salah satu lokomotif GE yaitu British Rail Class 70 seri GE PowerHaul yang beroperasi di Britania Raya, tetapi CC 206 menggunakan 2 kaca depan, yang mengikuti lokomotif CC 203. Sedangkan lampu lokomotifnya masih mengikuti desain lok GE sebelumnya yang beroperasi di Indonesia. Bentuk pintu masuk kabinnya mirip dengan yang ada di CC 203. 
 Mesin lokomotif CC 206 adalah GE 7FDL-8 versi terbaru yang emisinya setingkat dengan emisi lokomotif Dash-9 di Amerika Serikat, dengan daya mesin sebesar 2250 hp, setara dengan tenaga keluaran lokomotif CC 202, dan 100 daya kuda lebih tinggi dari tenaga keluaran lokomotif CC 203 (2150 hp). Sedangkan untuk perangkat elektroniknya menggunakan komputer GE BrightStar™ Sirius yang dipadukan dengan layar monitor GE Integrated Function Display(GE IFD) seperti yang ada di lokomotif Dash-9. Ini menjadikan CC 206 merupakan lokomotif dengan layar monitor komputer kendali kedua di Indonesia setelah CC 205, dan lokomotif GE pertama di Indonesia dengan teknologi layar display tersebut. Lokomotif ini juga menggunakan klakson yang berbeda dari lokomotif sebelumnya, yang membuat lokomotif ini dijuluki "Si Puong". Daya angkut lokomotif ini bisa mencapai 30 gerbong barang, dan 16 gerbong penumpang untuk satu lokomotif penarik.[4]

Lokomotif CC 206 generasi pertama ditempatkan di hampir seluruh dipo induk lokomotif yang ada di Pulau Jawa untuk angkutan barang maupun penumpang. Di Jawa, hanya Dipo Induk Madiun dan Dipo Induk Jember yang tidak memiliki lokomotif CC206.
CC 206 mulai ditugaskan membawa KA penumpang terutama KA penumpang dengan rangkaian panjang dan KA penumpang yang di perjalanan harus memutar lokomotif untuk berbalik arah sejak dimutasinya lokomotif CC 204 generasi kedua ke Pulau Sumatera.
Sebelumnya, CC 206 hanya berdinas sebagai lokomotif penarik KA barang saja. Saat ini lokomotif CC 206 dialokasikan untuk menarik semua jenis kereta, baik kelas eksekutif, bisnis, ekonomi jarak jauh bahkan lokal, maupun kereta barang, meskipun prioritas utama adalah menarik kereta barang, khususnya kereta rangkaian panjang dan kereta kelas eksekutif.
Kini, mayoritas lokomotif CC 206 di Pulau Jawa berada di Dipo Lokomotif Sidotopo, Surabaya. Terdapat 36 lokomotif CC 206 di sana. CC 206 sebagian besar berada di Sidotopo karena depot ini memiliki banyak lok CC 201 generasi pertama yang (mungkin saja) akan pensiun, maka CC 206 didatangkan untuk menggantikannya.
Khusus untuk CC206 generasi II, mulai dari nomor CC206 15 01 sampai 11 dialokasikan di Jawa, sementara mulai dari nomor CC206 15 12 sampai 39, akan dialokasikan di Dipo Kertapati, Palembang, yang berada di wilayah Divre III Palembang, meskipun beberapa lokomotif yang telah tiba diuji terlebih dahulu di Jawa. Pengiriman lokomotif dari Jawa ke Lampung dimulai bulan Januari 2016, dengan 5 unit setiap pengiriman. Nomor CC206 16 01 sampai 11 yang kini sudah tiba di Indonesia juga dialokasikan di Dipo Kertapati, Palembang. Di Sumatera Selatan, lokomotif CC206 difokuskan untuk menarik kereta api barang, khususnya batu bara.
Keterangan
  • Seluruh lokomotif CC 206 saat ini sudah menggunakan logo PT KAI dan livery terbaru.
  • Seluruh lokomotif CC 206 menggunakan nomor sesuai Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 45 tahun 2010.
  • Awalnya, seluruh lokomotif CC 206 angkatan 2013 dipasangi teralis besi berbentuk kotak-kotak untuk melindungi kaca kabin masinisnya. Namun pada sebagian besar lokomotif CC 206 yang telah menjalani program minor overhaul dan lokomotif CC 206 yang telah menjalani perbaikan besar setelah kecelakaan di Balai Yasa Yogyakarta, teralis besi tersebut kemudian dilepas. Di lain pihak, seluruh lokomotif CC 206 angkatan 2015 dan 2016 tidak pernah dipasangi teralis besi sejak mulai berdinas.
  • Tulisan "Dipo Induk" pada lokomotif CC 206 terletak di bawah logo PT KAI, kecuali CC 206 13 51, dengan berbagai font tiap depot induknya.
  • Seluruh lokomotif CC 206 menggunakan bemper berwarna merah. Pada awal dinasnya bemper lokomotif CC206 berwarna hitam.
  • Plat nomor lokomotif CC206 generasi I menggunakan font Arial bold dan ditulis sebagai CC 206 13 xx dengan xx mulai dari 01 hingga 100. Sementara untuk CC206 generasi IIA dan IIB menggunakan font Arial regular dan ditulis sebagai "CC206 15 xx" dengan xx mulai dari 01 hingga 39 dan CC 206 16 xx dengan xx mulai dari 01 hingga 11.
  • Lokomotif CC 206 13 23, CC 206 13 55 dan 69 merupakan lokomotif yang akhirnya berhasil menjalani perbaikan besar-besaran di Balai Yasa Yogyakarta dengan mengganti hampir semua komponennya dengan yang baru.[5]

Lokomotif CC206

 
 
 
 
 

Jenis Lokomotif Kereta Api yang Digunakan di Indonesia

 







CC 300




DIESEL BIMO KUNTIING
 Loko diesel ini adalah produk loko pertama Indonesia








Lokomotif D 300 adalah lokomotif diesel hidrolik buatan pabrik Fried Krupp, Jerman. Lokomotif ini mulai dinas sejak 1968. Lokomotif ini berdaya mesin sebesar 340HP. Lokomotif ini biasa digunakan untuk langsir kereta penumpang ataupun kereta barang. Lokomotif ini dapat berjalan dengan kecepatan maksimum 50 km/jam.


D 301




Lokomotif D 301 adalah lokomotif diesel hidrolik buatan pabrik Fried Krupp, Jerman. Lokomotif ini mulai dinas sejak 1962. Lokomotif ini merupakan tipe kedua setelah D300.
Lokomotif ini berdaya mesin sebesar 340 HP.

sumber;
https://www.beritaunik.net/unik-aneh/19-jenis-lokomotif-kereta-api-yang-digunakan-di-indonesia.html







Komentar

Postingan populer dari blog ini

LOKOMOTIF UAP INDONESIA

LOGO PT KERETA API INDONESIA